“PJ, Nyah, PJ!” Sisil mulai berisik sejak aku barangkat. Memang, aku sudah memberitahu dia tentang kemajuan hubunganku dan Mas Alan. Dia bilang ikut senang, dan ini dibuktikan dengan rengekan PJ alias pajak jadian yang dia lontarkan sejak pagi. Aku memberi tahu Sisil hanya sekilas. Belum yang benar-benar detail karena toh aku yakin anak ini sekongkol dengan Mas Alan. Kan tidak lucu kalau aku cerita menggebu, tetapi dia sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hari ini juga, aku akan memastikan apakah dugaanku benar atau salah. “Gampang, itu, tapi jangan malam ini. Aku ada acara penting.” “Kencan?” Sisil tersenyum. “Iya.” Aku ikut tersenyum. “Gitu, ya, sekarang?” “Enggak, ding, Sil. Bercanda.” “Terus yang bener apa?” “Aku mau ketemu sama seseorang. Penting, ini.” “Cowok atau cewek?