Fariz menutup pintu kamar dengan cara di banting hingga menimbulkan suara yang keras. Dengan kasar ia menyalakan dvd memutar music rock dengan volume besar tak cukup itu ia juga menyalakan speaker aktif agar volume nya lebih besar. Ia tidak peduli orang-orang akan memarahinya karena membuat kebisingan yang mengganggu. Ia hanya ingin menyamarkan suara teriakannya, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Fariz berteriak kuat-kuat sambil mengumpat dengan kata-k********r. Ia tidak bisa menerima semuanya, ia frustasi. Fariz meninju dinding berkali-kali dengan menyenderkan dahinya ke dinding. Dengan u*****n-u*****n kekesalan yang terus terucap dari mulutnya. Ia benar-benar marah, darahnya terasa mendidih sampai ubun-ubun, siap untuk meledak kapan saja. Fariz merasa seperti te