Rasa sakit yang melilit perutku, semakin ke sini, semakin kuat saja, membuatku jadi sangat kesakitan. Aku terbatuk-batuk, peluhku yang mengalir dari leher ke dagu, lalu jatuh ke lantai, membasahi kaca transparan yang saat ini kupijakki. Aku menjerit sekencang-kencangnya, melampiaskan rasa perih yang mencengkram perutku, sementara Sun yang ada di hadapanku hanya diam saja, tak ada niatan untuk menolongku dari penderitaan ini. Sun bilang, rasa sakit yang kini menjeratku hanyalah gejala awal dari proses adaptasi tubuh dalam menerima energi sihir yang akan terkumpul di dalamnya. Tapi sungguh, mau apa pun alasannya, aku tidak peduli, soalnya ini benar-benar sakit sekali. Aku tak menyangka setelah menelan sebuah kristal pilihanku, kondisiku akan jadi seperti ini. Kukira, setelah mengalahkan ma

