46. Setelahnya

1472 Kata

Aku terbangun ketika merasakan badanku menggigil kedinginan. Tanganku meraba nakas untuk mengambil remot AC. “Pantesan, sembilan belas derajat!” tanpa sadar aku memekik, dan itu membuat Mas Razan yang masih terlelap di sampingku bergerak tak nyaman. Aku mengembuskan napas lega karena Mas Razan tidak sampai bangun. Setelah meletakkan kembali remot AC di nakas, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba pipiku memanas. Bayangan beberapa jam yang lalu mendadak berputar jelas di otakku dan itu sukses membuat jantungku berdetak sangat cepat. Oh, ya ampun! Apa yang tadi itu beneran? Aku melirik jam dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi. Pelan-pelan aku memungut kaos milik Mas Razan yang teronggok mengenaskan di ujung ranjang dan memakainya. Ini jauh lebih baik d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN