51

1689 Kata

POV Rivan "Ayo," ucapku tak sabar. Ila menoleh ke kanan dan kiri dengan wajah gelisah. Dia terlihat ragu-ragu. "La, tunggu apa lagi? Ayo naik," ucapku sedikit mendesak. "Bun, mungkin yang pergi sopirnya nenek. Aku gak liat mobil ayahnya Kak Fatan lewat. Pasti yang pergi bukan ayah tapi sopirnya nenek." Ucapan Umi membuatku geram, perlahan-lahan tanganku mengepal kuat. Ayah lagi, ayah lagi. Terus saja Umi memanggil si pebinor itu ayah. Entah siapa dalang yang telah mengompor-ngompori Umi untuk memanggil lelaki itu ayah. Tapi aku yakin, pasti lelaki itu pelakunya. Memangnya siapa lagi? Hah! Membayangkan wajahnya yang sok sok an itu aku jadi muak. Bisa-bisanya Ila kecantol dengan lelaki seperti itu! Pasti pikiran Ila sedang tidak di otaknya. Sepertinya aku harus menyadarkannya. Dan tentu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN