Raka membuka matanya perlahan ketika menyadari dirinya yang berada diatas kasur besar kamarnya. "Bayangan atau mimpi?" Gumam Raka kali ini.
Berbagai macam pertanyaan ada didalam pikiran juga hatinya, tapi ia tidak mau cepat menebak apa maksud dari situ. Pria itu mulai meraba bibirnya sendiri, masih dalam posisi telentang diatas kasur.
"Rasanya nyata." Gumam raka lagi.
Benarkah ia berani melakukan itu kepada orang asing? Tapi kenapa perutnya terasa menggelitik juga napasnya yang tak karuan, apalagi jantung nya yang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.
"Astaga, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Raka pada dirinya sendiri sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Raka mendengar suara ketukan di pintu."Masuk." Teriak Raka yang kala itu masih tidak dapat berpikir dengan jernih.
Sesosok wanita cantik terlihat masuk kedalam kamarnya sembari tersenyum kikuk. "Haruskah aku siapkan air panas?" Tanya Ichel saat ini.
Deg!
Raka menetralkan suaranya. "Ya." Jawab nya.
***
Didalam mobil Ichel mulai merasa jantung nya bergetar hebat kala mengingat ciuman Raka malam itu. Bagaimana bisa dirinya terbuai tanpa menolak, apa Raka akan menganggapnya wanita aneh? Atau bahkan murahan?
Karena ichel tahu, Raka yang sekarang bukanlah Raka yang dulu. Seorang pria hangat yang Ichel kenal sekarang telah menjadi pria dingin.
Raka menjentikan jarinya ke pinggiran mobil, sehingga menimbulkan suara aneh yang menganggu indra pendengaran Ichel. Wanita itu mencoba untuk tidak memperhatikan apa yang sedang dilakukan Raka, tapi apa daya pandangan nya tak bisa berpaling dari sesosok lelaki itu.
"Apa yang kamu perhatikan?" Tanya Raka yang sukses mengejutkan Ichel.
Sedangkan wanita itu mulai panik karena ketahuan terlihat memperhatikan sang bos. "Hm, aku liat itu." Ucap Ichel asal-asalan menunjuk kearah kuar kaca jendela.
Untuk kedua kalinya mereka berinteraksi pagi ini. Raka terlihat menahan tawanya. "Bukankah dia tadi sedang memperhatikan ku?" Tanya Raka dalam hatinya sendiri.
Setelah beberapa detik setelah nya, Raka mulai menormalkan kembali ekspresi wajahnya. "Apa aku sudah gila?!" Runtuk Raka pada dirinya sendiri.
Seperti biasanya, pagi ini ichel turun untuk membelikan kopi sang CEO. Setelah beberapa menit, wanita itu kembali membawa dua kopi untuk nya dan Raka.
Raka mengambil kopi dari tangan ichel yang mengulurkan dengan sengaja untuk dirinya. Di pertengahan naas nya kopi milik Raka tumpah dan sempat mengenai kemeja kerjanya.
Ichel dengan sigap mengeluarkan beberapa lembar tisu dari tempatnya, dan membantu sang CEO untuk membersihkan pakaian nya.
"Ambilkan pakaian dibelakang." Perintah Raka dengan tegas.
Wanita itu mengangguk cepat dan segera mengambil kemeja cadangan Raka di belakang. Tak susah menemukan nya, karena mobil yang luas dan banyak beberapa baju kemeja bahkan jas yang digantung rapih.
Setelah berhasil mengambilnya, ichel segera memberikan nya kepada Raka. "Ini pa-" belum selesai Ichel berbicara dirinya sudah terkejut lebih dulu saat melihat Raka yang membuka baju tepat dihadapan nya. Tanpa ada sedikitpun rasa malu, pria itu mulai berganti pakaian layaknya tak ada lawan jenis disekitarnya.
"Mohon maaf pak." Ucap ichel setelah itu mengalihkan pandangan nya ke tempat lain dengan wajah yang bersemu merah.
Raka memandangi Ichel sembari mengganti bajunya. "Apa yang salah dengan diriku? Panggilan bapak sangat tidak cocok ketika Ichel memanggil namaku." Ucap Raka dalam hati.
Tangan Raka menarik lembut pergelangan tangan ichel, bahkan sebelum dirinya sempat mengancingkan kemejanya.
"Eh pak ada apa?" Tanya Ichel terkejut.
"Jangan tanya apapun, mulai sekarang panggil aku Raka kapanpun dan dimanapun." Ucap Raka tanpa melepas tatapan nya pada Ichel saat ini.