HASRAT TERLARANG

1641 Kata
Fantasi liar seorang asisten rumah tangga. "Ah... Tuan, tolong lebih cepat sedikit, aku benar-benar tidak tahan !" rancau ku. Aku mendesah berkali-kali sambil mengigaukan nama Tuan Barata. Suami majikan ku, yang tampan dan berkarisma. Tubuh tinggi juga tegap itu benar-benar membuat aku tidak pernah bosan berfantasi liar akan sosok laki-laki itu yang tengah menaungi tubuh ku. Laki-laki yang sudah dua tahun aku tahu lantaran Nyonya Jessica, istrinya membawaku ke rumah ini untuk dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga tanpa gaji, karena satu alasan, hutang piutang. Waktu itu usiaku baru delapan belas tahun, dan sedang berada di fase labil labilnya, jika seharusnya aku jatuh cinta pada laki-laki yang se baya atau seusia denganku, aku justru jatuh cinta pada laki-laki berumur yang sudah menikah, juga punya anak satu , dan sialnya laki-laki itu adalah majikanku. "Terus Tuan. Terus lakukan itu. Aku menyukainya!" kembali rancauan lembut itu lolos dari bibirku saat merasa milik Tuan Barata bergerak keluar masuk dengan begitu kuat dan nikmat. Lenguhan demi lenguhan lolos begitu saja dari bibirku. Ini benar-benar sangat nikmat, dan rasanya aku benar-benar merasa melayang hingga ke langit ke tujuh saat hentakan demi hentakan Tuan Barata lakukan di tubuhku. Tubuh besarnya terasa sangat sesak di bawah sana, tapi aku menyukainya. Menyukai saat Tuan Barata melakukan itu padaku. Tangan besarnya mulai menerkam kedua sisi pinggang ku, dan dengan gerakan cepat Tuan Barata membalik posisi ku agar dia bisa masuk lewat belakang, dan aku tetap bisa menikmati penyatuan kami seperti yang dia inginkan, dan detik berikutnya tubuh Tuan Barata terasa menegang, semakin kuat, dengan tekanan mencengkram di bawah sana. Aku tau apa yang terjadi. Aku yakin Tuan Barata pasti sudah klimaks. Namun detik yang sama aku justru tersentak dari lelap ku, dan ternyata semua itu hanya mimpi aku. Mimpi seorang babu di siang bolong. Iya. Itu semua hanya mimpi. Nafasku terasa terengah-engah dengan perasaan tidak karuan, tubuhku terasa sangat panas begitu juga dengan otak dan pikiranku. Ada rasa aneh yang tiba-tiba menjalar begitu saja dalam setiap desir darahku. Aku menyentuh bagian inti tubuhku, dan ternyata milikku teras berdenyut-denyut juga basah. Aku menyentuhnya, mulai menggerakkan tanganku untuk menenangkan rasa berdenyut itu, tapi tubuhku justru semakin terasa panas, dan menit berikutnya aku justru melirihkan nama Tuan Barata secara nyata. "Oh Tuan. Touch me please!" lirihku dengan begitu lembut, cenderung berbisik, dengan tangan yang terus bergerak memutar di bawah sana. Aku mulai berfantasi liar pada sosok Darmawan itu. Benar-benar berfantasi liar dengan penuh nafsu, hingga aku semakin merasa gelisah. "Ah... Tuan, tolong lebih cepat sedikit, aku benar-benar tidak kuat !" rancau ku. Aku mendesah berkali-kali sambil mengigaukan nama Tuan Barata. Hanya melirihkan nama Tuan Barata saja aku seolah merasakan keberadaan laki-laki itu yang sedang menaungi tubuhku dengan sangat berat, kuat , padat dan sesak. "Terus Tuan. Terus lakukan itu. Aku menyukainya!" kembali aku merancau saat rasa itu seperti sedang berlomba untuk segera sampai pada finish. Aku memasukkan jari tengah dan jari manisku ke liang sempit surgawi ku sendiri kemudian menggerakkannya dengan gerakan keluar masuk untuk mencari titik klimaks dari rasa inginku yang begitu besar, dan iya aku terus merancaukan nama Tuan Barata dalam setiap gerakan tanganku dan imajinasiku tentu saja tidak sedikitpun berpaling darinya. "Eeehm... Tuan... Aku...., uuh aku benar-benar menginginkan mu. Sangat menginginkanmu!" desis ku lirih. Jari-jariku masih aktif bergerak keluar masuk di liang sempit itu, sementara sebelah tanganku pun mulai meremas lembut hingga kuat buah dadaku sendiri untuk bisa mendapatkan rasa lega dalam pikiranku. Saat ini aku sedang berbaring di atas ranjangku, dengan kedua kaki yang aku tekuk dengan posisi mengangkang. Rok panjangku sudah aku singkap hingga ke pangkal paha, dan celana dalamku pun sudah aku lepas hanya untuk mempermudah gerakan tanganku mencari titik kenikmatan semu dari imajinasi liar ku. Saat tangan kananku bergerak keluar masuk ke dalam liang sempit milikku, tangan kiriku justru menjambak rambutku seraya membelai leherku sendiri dengan sentuhan lembut dan penuh keintiman untuk benar-benar mencari sensasi dari rasa itu hingga akhirnya aku benar-benar mendapatkan klimaks ku tanpa melakukan persetubuhan dengan siapapun dan sampai detik ini aku memang belum pernah melakukan hubungan badan dengan laki-laki manapun. Tidak sama sekali, dan iya imajinasi liar ku itu hanya aku lakukan seorang diri dan hanya menggunakan jari tanganku sendiri. Bukan tanpa sebab aku merasakan perasaan ini pada Tuan Barata. Aku tahu hubungan Tuan Barata dan Nyonya Jessica istrinya tidak seperti hubungan suami istri pada umumnya. Tuan Barata adalah laki-laki yang baik, pekerja keras juga dermawan. Siapa yang tidak mengenal dia. Dia terkenal dengan pribadi yang ramah, hanya saja dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga membuat Nyonya Jessica justru mencari kehangatan dari laki-laki lain saat Tuan Barata tidak ada di rumah atau sedang dinas keluar kota atau keluar negeri, padahal Tuan Barata lebih dari kata perkasa untuk tipe laki-laki kaya dan memiliki kekuasaan. Setelah mendapatkan klimaks seperti yang aku inginkan, aku lekas melihat jari tanganku yang dipenuhi oleh lendir yang berasal dari organ intim ku sendiri. Aku meraih tisu basah di samping lemari sebelah tempat tidurku, kemudian mengelapnya juga mengelap bagian inti tubuhku agar tidak terasa basah dan berbau, baru setelah itu aku kembali memakai pakaian dalamku juga merapikan penampilanku. Aku lekas keluar dari kamar ku, untuk segera menuju ke dapur, karena hari sudah beranjak sore dan kami belum menyiapkan menu makan malam untuk kedua majikan di rumah ini. Aku baru saja berbelok dari arah dapur, saat tiba-tiba aku melihat Tuan Barata pulang dari tempat kerjanya. Dia selalu terlihat tampan di mataku, padahal usianya tahun ini genap tiga puluh dua tahun, akan tetapi pesonanya benar-benar semakin terpancar di usia yang terbilang cukup matang itu. Aku tidak berani menatapnya lama-lama, aku lekas menunduk saat berpapasan dengan dia, dan untuk sesaat aku bisa mencium aroma parfumnya yang lembut, dan aroma parfum itulah yang membuat aku semakin ingin berimajinasi untuk sesuatu yang intim. Aku menghela nafas dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan saat kembali merasakan perasaan indah itu menyerang saraf dalam tubuhku. Mungkinkah ini yang dinamakan jatuh cinta, atau ini yang justru dinamakan nafsu gila. Aku tidak tahu, tapi yang pasti aku benar-benar mengagumi sosok itu. Rasa kagum dari seorang wanita terhadap laki-laki atau mungkin lebih dari itu. Aku merasa berempati padanya atas pengkhianatan yang dilakukan Nyonya Jessica padanya yang sudah begitu baik, namun meskipun aku tahu Nyonya Jessica sudah mengkhianati Tuan Barata, bahkan Nyonya Jessica sudah terlampau jauh mengkhianati cinta dan kepercayaan Tuan Barata, aku tetap tidak bisa mengatakan kebenaran itu pada Tuan Barata, karena di sini aku jelas bekerja untuk Nyonya Jessica. Aku menatap punggung Tuan Barata yang baru akan beranjak naik di anak tangga rumah itu menuju lantai atas, saat tiba-tiba Tuan Barata justru berhenti dan berbalik ke arahku lagi, dan untuk sesaat degup jantungku terasa berpacu dengan begitu kuat. Aku kembali menunduk dalam diam, benar-benar tidak berani mengangkat wajahku di hadapannya sampai dia berucap. "Apa Nyonya Jessica belum pulang?" Aku langsung menggeleng, karena begitulah faktanya. Nyonya Jessica memang akan selalu menyambut kepulangan Tuan Barata , tapi tentu saja Tuan Barata akan langsung menyadari ketidakberadaan istrinya saat dia masuk di rumah itu dan tanpa sambutan dari wanita itu. "Belum Tuan!" jawabku singkat, dan aku mendengar jika dia menghela nafas. Tentu Tuan Barata hanya akan bertanya padaku, karena aku memang pelayan pribadi Nyonya Jessica. Aku yang mengurus segala keperluannya, mulai dari pakaian hingga makanan dan hanya aku orang yang diperbolehkan naik ke lantai atas rumah itu, juga merapikan segala yang ada di kamar Tuan Barata dan Nyonya Jessica. Tidak ada kata yang terucap dari bibirnya lagi, dan setelahnya, dia kembali berbalik , lalu melanjutkan langkahnya untuk segera sampai di kamarnya akan tetapi selang beberapa menit setelah itu, Tuan Barata kembali turun dengan koper ukuran sedang di tangannya. Penampilannya cukup santai, dia hanya menggunakan celana jeans juga kemeja flanel, dan tidak lupa kacamata hitamnya yang membuat penampilannya semakin terlihat memukau, dan jika sudah seperti ini kemungkinan Tuan Barata akan kembali melakukan perjalanan dinas, entah keluar kota atau mungkin ke luar negeri. "Niken. Katakan pada Nyonya mu, jika aku keluar kota beberapa hari. Nomer ponselnya tidak bisa di hubungi, dan aku tidak bisa menunggunya sampai dia pulang!" ucap Tuan Barata lagi dan aku langsung mengangguk. "Iya Tuan. Akan saya sampaikan!" aku menjawab sekenanya dan dia kembali melanjutkan langkahnya, keluar dari pintu utama rumah itu menuju mobilnya, dan setelahnya mobil itu meninggalkan pekarangan rumah besar itu. Padahal Tuan Barata baru sampai di rumah , tapi dia bahkan kembali pergi. Nyonya Jessica pulang saat hari sudah menjelang malam, dan aku tentu saja langsung menyampaikan pesan yang sebelumnya Tuan Barata titipkan padaku untuk Nyonya Jessica. Aku pikir Nyonya Jessica akan murung atau tidak senang mendengar kabar itu, akan tetapi aku justru melihat ada seutas senyum yang terbit dari kedua sudut bibirnya saat aku mengatakan jika Tuan Barata baru saja berangkat menuju luar kota dan kemungkinan dia tidak akan pulang beberapa hari ke depan. Bukan aku tidak tahu ekspresi senang yang lepas begitu saja dari bingkai wajah cantik Nyonya Jessica. Aku sudah bekerja di sini lebih dari dua tahun, dan sedikit tidak aku memang tahu banyak tentang keluarga ini. Benar saja, malam itu, setelah jam makan malam selesai, Nyonya Jessica kembali keluar rumah, membiarkan putrinya hanya di urus oleh seorang baby sitter, dan jika sudah seperti ini ya artinya Nyonya Jessica pasti tidak akan pulang malam ini. Aku pilih tidak peduli, dan malam itu aku kembali menyibukkan diriku dengan sisa bacaan novvel dewasa yang sudah satu Minggu ini aku baca, dan tidak kunjung selesai, karena setiap kali aku membacanya, aku jadi merasa ingin menjadi tokoh wanita dalam novvel itu dan pastinya, aku akan membayangkan jika Tuan Barata yang menjadi tokoh laki-lakinya. Aku baru membaca tiga lembar halaman dua puluh sembilan, saat tiba-tiba perasaan ingin itu kembali mendera dan iya, aku kembali melakukan aksi itu , berfantasi liar dengan bacaanku sambil membayangkan juga merancau kan nama Tuan Barata, hingga aku benar-benar mendapatkan klimak ku, dan iya hal inilah yang aku lakukan setiap kali hasrat terlarang itu memenuhi juga mengusik sisi lain dalam diriku. Aku b*******h hanya karena membayangkan Tuan Barata.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN