Bunyi tembakan bergema di ruang latihan kediaman Dirgantara, teredam sempurna oleh lapisan peredam suara kelas militer. Levi berdiri di tengah ruangan luas berlapis baja itu, kausnya basah oleh keringat, keningnya mengkilap, tangan kanannya masih mencengkeram p1stol Glock yang baru saja digunakan buat menembak target dummy berbentuk manusia.
DOR! DOR! DOR!
Tiga peluru terakhir menancap tepat di jantung si boneka.
Levi melepaskan magazine, menarik napas dalam, dan membungkuk sedikit. Fokusnya belum lepas dari latihan. Tapi justru karena itu,
SSHHH—TAP!
Tiba-tiba, ada sentakan keras dari belakang. Seseorang melilitkan lengannya ke leher Levi, dan sesuatu, yang dingin dan tumpul, menempel ke sisi tenggorokannya.
Suara napas tipis dan senyuman terdengar dari balik bahunya.
Lilith, maman
