Levi tertegun. Wajahnya langsung pucat, seperti semua darahnya ditarik keluar dalam satu tarikan. “Apa?” suaranya nyaris bisikan. “Lo … ngomong apa barusan?” Aurielle menunduk, air matanya jatuh satu per satu. “Aku udah nggak bisa lanjutin ini, Levi.” “Kenapa?” Levi mendekat, kali ini nada suaranya nggak ada kemarahan, tapi putus asa. “Gara-gara kemarin? Gara-gara Marsella?” Aurielle menggeleng, suaranya bergetar. “Bukan cuma soal itu.” Mata Levi mencari-cari jawaban di wajah Aurielle, tapi yang dia temukan cuma kesedihan yang dalam banget. “Kalau bukan soal itu, terus kenapa?!” suaranya meninggi tanpa sadar. “Lo masih sayang gue, kan?!” Aurielle menutup mata, menahan sesak di daada. Dia pengen jawab iya, tapi lidahnya kelu. Karena kebenaran di balik air matanya jauh lebih rumit da

