Hipnotis

1468 Kata

Sementara Windy yang tadi berada jauh di depan karena amarahnya, terkejut seketika, manakala melihat sang suami dengan lari yang cukup kencang melintasinya tanpa basa-basi sama sekali. “Tuh—kan! Emang gak peka banget jadi laki. Aku kudu gimana coba? Masa iya aku merengek-rengek terus. Mati aja paling cocok ini!” gerutunya sembari menendang batu kerikil di hadapannya. Malam semakin gelap dan Windy terus berjalan dengan lesu. “Atau aku kabur aja dari rumah itu mumpung lagi di luar? Biar dia tau rasa gimana sedihnya kehilangan. Biar dia sadar kalau istri juga butuh perhatian. Kalau istri juga butuh kasih sayang, kalau istri juga butuh di manja. Bukan Cuma bisnis…bisnis dan bisnis. Istri juga lebih dari bisnis. Emang kebahagiaan bisa di beli dengan uang? Dia seharusnya sudah sadar gimana dia

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN