Talia membuka pintu wardrobe, jemarinya menelusuri deretan gaun mewah yang tergantung rapi. Ia menggigit bibir sambil bergumam pelan, “Aku harus bisa mendekati mas Bima… apa pun caranya. Dia harus jatuh cinta sama aku, bukan cuma menganggap aku istri numpang harta. Dulu Talia ini kan cuek, nikah cuma buat uang. Tapi aku nggak boleh begitu…dikehidupan kedua ku ini aku harus bahagia dan dicintai suami ku. ” Pintu kamar berderit, Suster Mila masuk sambil membawa lipatan handuk. “Ibu, nyari apa? Biar saya bantu cariin,” tanyanya lembut. Talia menoleh sekilas lalu kembali mengamati baju-bajunya. “Aku mau kasih surprise buat mas Bima… tapi bingung, Mila. Pakai baju apa ya yang paling bagus?” Mila meletakkan handuk di kursi lalu menghampiri. Matanya menyapu wardrobe penuh warna. “Ibu mau bikin

