Tasha terdiam sejak Ando menceritakan semua pengalaman hidup semasa dirinya dimulai menjadi seorang laki-laki menyukai sesama jenis.
Tasha tidak pernah bertanya atau meminta untuk diceritakan kisah hidup kelam dari putra majikannya. Bagi Tasha itu hidup pribadinya. Tasha hanya sekadar seorang datang dan numpang kemewahan.
"Enak banget! Kamu mau?" seru Ando menyodorkan martabak durian dia minta tadi dengan sabar menunggu antrian yang lumayan panjang.
Tasha menggeleng dan senyum, "Gak, Tuan makan saja. Tasha gak doyan," jawabnya.
Ando sedikit kecewa, dia menarik kembali tawaran kepada Tasha. "Kenapa? Rasanya bau?" tanya Ando.
"Hah? Gak sih, memang Tasha gak doyan saja. Soalnya itu rasanya sudah mirip dengan s**u,"
Tasha mengambil botol minuman kemudian diberikan kepada Ando. Ando menerimanya. Diminum lah sebanyak mungkin. Karena camilan itu memang harus diperbanyak air minuman.
"Sudah coba saja, enak gini, kok, gak suka. Nanti kalau bercinta, rasanya jauh lebih mantap loh, bagaimana?" Ando tetap memaksa Tasha mencicipi martabak rasa durian itu.
Tasha menatap horor apalagi kalimat akhir diucap oleh Ando tadi, membuat dirinya semakin merinding. "Gak Tuan. Tasha benar-benar gak doyan! Memang Tuan siap bercinta denganku? Bukannya Tuan gak suka sama lawan jenis?" papar Tasha.
Ando yang lagi menyantap sisa camilan itu, terpaku diam. Dia menatap Tasha dari ujung kepala hingga ujung kaki, hingga berulang kali.
"Kalau Tuan mau, Tasha siap, apalagi nyonya Veranda juga menginginkan cucu dari Tuan. Apa Tuan gak kepikiran seperti itu?" lanjut Tasha.
Ando masih menyimak apa dilontarkan oleh Tasha. Ini bukanlah sosok Tasha sekarang. Karena Tasha tidak pernah mengatakan hal itu. Apalagi untuk mengakui hubungan dengan suami sendiri.
"Jangan harap buat lakuin hal seperti itu. Apalagi dengan gadis seperti kamu. Aku memang suka sesama jenis. Tapi untuk menyentuh kamu, aku harus berpikir untuk kedua kali. Karena aku takut kamu gak akan kuat untuk menjalaninya," ungkap Ando sejujurnya.
Ando tidak pernah mengatakan perihal semacam sebuah alasan. Karena baginya jika dia ingin melakukan pasti dia akan melakukannya. Tapi tidak untuk sekarang. Walau dia sudah menikah dengan gadis pendek di sebelahnya. Bukan Ando tidak ingin bercinta dengan Tasha. Ando masih ragu, apalagi hubungan itu akan memakan waktu yang panjang. Apalagi Ando takut melakukan hubungan dengan Tasha. Malahan Ando bisa membunuh satu masukan.
"Siapa bilang? Badan Tasha memang kecil, tapi Tasha kuat. Buktinya Tasha bisa angkat galon tiap hari ke Dispenser, apalagi angkat beras lima belas kilogram!" tantang Tasha, dia tidak suka jika Ando meremehkan kemampuannya.
"Angkat Tuan juga, bisa!" lanjut Tasha berbicara. Saking gemas dengan Ando. Tasha pun mengatakan asal-asalan.
Tasha sudah membatasi kesabaran atas sikap putra majikannya. Saat ini Tasha benar-benar pengin melampiaskan semua kekesalan pada Ando. Mumpung suasana Ando tidak ingin di ajak berdebat. Bagi Tasha, tanpa adanya perdebatan dia rasanya sepi sekali.
"Yakin?" Ando sekali lagi bertanya, meskipun dia masih basa-basi.
"Yakin dong! Buktinya dua hari yang lalu, Tuan minta hak untuk menuntaskan ...."
Tasha tiba-tiba menjeda kalimatnya. Ando menoleh. "Menuntaskan apa?"
Ando penasaran dengan lanjutan kalimat dari Tasha. "Hah? Sudah lewat, lupa, waaahh ..., Tuan sudah jam sebelas lewat. Besok kerja, kan?" Tasha bangun dari duduk tempat tongkrongan di taman yang sepi.
Saat dapat antrian dari pesanan makanan camilan di pinggir kaki lima tadi, mereka menyempatkan untuk makan berdua di sekitar dekat wilayah ada taman kota.
Ando langsung buang bungkusan camilan tadi. Dia menyusul Tasha hendak ke parkiran. "Hei, pendek! Kamu belum jawab pertanyaan dariku? Menuntaskan apa?"
"Pura-pura gak dengar. Issh, mulut aku memang gak bisa diajak kerjasama. Kalau ketahuan, bahwa nyonya Veranda memasukan bubuk obat perangsang ke minuman Tuan Ando. Pastinya Tuan Ando bakal marah banget!" gerutu Tasha mengomel dirinya sendiri.
"Hei! Aku bilang berhenti, ya, berhenti! Kenapa sih kamu tuh? Setiap apa yang aku tanya, selalu saja menghindar? Jawab dulu pertanyaan yang baru kamu ucap?" Ando berhasil meraih tangan Tasha yang hampir membuka pintu mobil mereka.
Tapi Tasha malah menabrak badannya Ando hingga kepala Tasha sempat menempel ke dagunya. Ando meringis kesakitan.
****
Sampai di rumah, Tasha membawa kotak P3K, dia mulai mengobati dagunya yang tertabrak oleh jidat kepalanya. Ando menahan, walaupun tidak terjadi luka serius. Hanya memar sedikit. Tetap saja itu sakit luar biasa. Apalagi rahang giginya juga sempat menabrakkan lidah saat dirinya masih berbicara.
"Lain kali tinggikan badan kamu! Terbuat dari apa sih jidat kepala mu?" gerutu Ando dan protes atas kesalahan Tasha.
"Siapa suruh Tuan main tarik menarik saja. Sudah tau badan Tasha pendek. Jangan salahin Tasha dong?!" balasnya tidak terima.
"Ya gak harus jidat kepala mu juga kali duluan cium dagu aku?! Kalau gigi aku putus satu bagaimana?"
Kembali perdebatan mereka di rumah. Hanya Ando dan Tasha tinggal di sini. Veranda sibuk dengan bisnis kerjanya. Bahkan arisan dengan teman-teman sebayanya.
"Palingan ompong!" jawab Tasha asal. Setelah selesai mengoleskan obat salep ke dagu Ando.
"Kamu ini!" Ando pengin banget membalas perbuatan Tasha. Tapi malah dia urungkan.
Ando bukan tipe laki-laki kasar pada perempuan. Meskipun dia Gay sekali pun. Tetap pendiriannya tidak bisa menyakiti seorang perempuan apalagi seperti ibunya. Walaupun Veranda selalu keras pada Ando. Ando selalu mematuhi perintah ibunya.
Tasha membereskan kotak P3K nya. Dia hendak meninggalkan tempat di mana Ando berada. Ando masih mengamati gerak-gerik Tasha. Adakala Ando merasa aneh pada dirinya. Bahkan jauh lebih aneh setiap berdebat dengannya.
"Sudah waktunya Tuan tidur. Besok Tuan mau sarapan apa? Biar Tasha buatkan agar Tuan tidak terlambat ke kantor," ucap Tasha dan bertanya pada Ando.
Ando malah diam, dia tidak menjawab. Malah sibuk dengan dunia melamun. Walau matanya belum lepas dari pengamat nya.
Tasha pun menoleh, melihat Ando membisu setelah dia bertanya. "Tuan," panggil Tasha.
"Besok gak usah masak apa pun. Besok kita berangkat sama-sama," jawab Ando bangkit dari duduk kemudian pergi begitu saja tanpa beri kesempatan untuk Tasha berbicara.
Tasha mendengar pun hanya diam. Dia memperhatikan Ando ketika menaiki anak tangga ke kamar nya. Wajah Ando seperti menutupi sesuatu. Ando lekas masuk ke kamar. Dia menyempatkan untuk memegang jantungnya dari tadi berdebar-debar tidak karuan.
"Apa yang terjadi padaku sih?" batin Ando.
Ando naik ke ranjang tidur nya. Dia melihat ponsel sebagai tempat hiburan. Lalu mencoba membuka galeri ponselnya sebagai penghilang rasa debaran yang semakin cepat. Beberapa menit kemudian Tasha menyusul. Di sana Ando sedang menonton video. Suaranya cukup besar. Hingga membuat Tasha mendengar suara di tonton oleh Ando.
Ketika Tasha hendak masuk ke kamar mandi. Sekadar bersihkan wajahnya saat keluar bersama Ando tadi malam. Merasa ringan pada wajahnya. Tasha pun keluar dari kamar mandi tersebut. Setelah itu dia juga akan bersiap untuk tidur. Ya, tidur dengan Ando. Sekarang Ando telah persilakan Tasha tidur dengannya.
Ando tidak bisa tidur, dia memilih buka video dia tonton di kamar nya. Tasha akan bersiap untuk pejamkan kedua matanya. Tetapi telinga Tasha terganggu atas sebuah suara desahan film di mana Ando sedang menikmati dunianya.
Tasha pura-pura tidak mendengar, tapi ada satu sentuhan di mana Tasha merasa aneh bagian pahanya. Sekali lagi Tasha menoleh.
"Tuan, sudah malam, bukannya besok Tuan ...."
"Kamu sudah pernah lakukan itu?" potong Ando, dan malah bertanya pada Tasha.
****
update nih... hayoo apa yang Ando lakukan pada Tasha? film apa yang Ando nonton?
jangan lupa tag love ya.