"Oh God!!" erang Bara frustasi lalu selanjutnya tertawa tak percaya.
Seandainya dia tadi melihat Hani terlebih dahulu, tidak mungkin dia mengerem mobil Hani secara mendadak dan kejadian dia di damprat pun pasti tidak akan terjadi.
Bara geleng-geleng tak percaya sambil masih tertawa karena kebodohannya.
"Ada yang lucu A'?"
"hmm.. Hahhaha.. Tidak ada Honey.." balas Bara sambil berusaha menghentikan tawanya.
"A', sekali lagi Hani kasih tahu, kalau nama aku itu H-A-N-I, bukan H-O-N-E-Y.."
Bara kembali tertawa lalu melirik Hani yang menampilkan wajah bingung.
"aku tahu Honey.. Tapi serius deh lidahku sepertinya tidak bisa panggil nama kamu dengan benar."
"ya dicoba aja dulu.."
"apa?" tanya Bara sambil menoleh sebentar kearah Hani.
"coba panggil nama Hani dengan benar"
"ehm..okay..Ha- Ha.." Bara terlihat berusaha keras memanggil nama Hani dengan benar lalu selanjutnya Pria itu menghela napas berat "serius aku tidak bisa Honey..tolong jangan paksa aku.." ucap Bara dengan nada menyesal.
"apa sesulit itu?"
"hhmm.." Bara hanya menjawab dengan gumaman yang semakin membuat Hani mengernyitkan dahinya semakin dalam.
'seriusan ini A'Bara gak bisa panggil nama gw? Ni orang gak sok-sok bule kan? Ngomong pakai bahasa Indonesia aja lancar banget, masa manggil nama gw gak bisa bener? '
Hani masih memperhatikan Bara yang fokus pada jalanan di depannya.
Sebenarnya sih tidak masalah Bara ingin memanggilnya seperti itu, namun entah mengapa setiap kali Bara memanggilnya ' Honey ', d**a Hani bergetar dan Hani merasakan hangat di sekujur tubuhnya.
'seriusan kan gw gak lagi jatuh cinta sama A' Bara?? Aarrggghh!!! Bodo deh! '
Tanpa sadar Hani mendengus kesal karena bingung dengan perasaannya sendiri.
"ada apa?"
"eh.. Eng-enggak ada apa-apa A'" ucap Hani gugup sambil mengalihkan pandangan keluar jendela mobilnya untuk melihat pemandangan di luar mobil.
Sementara Bara diam-diam tersenyum kecil karena kepolosan yang diperlihatkan wanita separo bule ini.
Padahal Bara memang sengaja memanggil wanita itu Honey yang entah mengapa memang terasa benar di lidahnya.
Beberapa saat mereka terdiam sampai akhirnya Hani menegakkan tubuhnya lalu menatap Bara sambil menunjuk perumahan yang sudah mereka lewati.
"A'! Itu.. Itu rumah A'a kelewatan!" ucap Hani panik yang malah dibalas Bara tawa kecil.
"Gak kelewatan kok. Aku memang niat antar kamu pulang"
"kok gitu?? Mami kan pesennya Hani harus antar A'a pulang!"
"ck.. Tidak perlu mendengarkan Mami. Yang seharusnya mengantarkan pulang itu pria bukan wanita. jadi rumah kamu dimana, Honey?" tanya Bara melirik Hani sekilas.
"tapi terus A'Bara naik apa nanti?"
"kalau kamu lupa, kendaraan online sudah menjamur di Negara kita. Aku tinggal pesan entah itu ojek online atau taksi online. Jangan khawatir"
"Nanti A'a bawa mobil Hani aja kalau gitu"
"No, thanks. Aku naik kendaraan online saja. Bay the way, apa rumah kamu masih jauh?" tanya Bara kembali sambil memperhatikan jalanan karena Hani belum juga memberitahu alamat rumahnya.
Setelah terdiam beberapa saat, Hani menyebutkan sebuah perumahan tempatnya dan sang Papa tinggal.
" Okay.. Kalau begitu Kita pulang ya tuan putri" ucap Bara jenaka yang sontak membuat tubuh Hani menegang.
Bukankah selama ini hanya sang Papa yang memanggilnya dengan sebutan 'tuan putri'?
Mengapa Pria di sampingnya ini menyebutnya seperti itu?
Mungkinkah hanya kebetulan?
Atau..
Hani menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran yang tidak-tidak.
Tidak mungkin Bara tahu panggilan kesayangan sang Papa tercinta untuknya.
Ya.. Mungkin memang kebetulan.
"Makasih A'" ucap Hani setelah berhasil menjernihkan pikirannya.
"Tidak perlu berterima kasih. Karena ini sudah menjadi tugasku"
"tugas?" tanya Hani bingung sambil menatap Bara yang dibalas Bara tatapan meneduhkan tanpa menjawab pertanyaan Hani dan detik selanjutnya, Bara kembali fokus pada jalanan di depannya dan membiarkan Hani kebingungan sendiri atas ucapan ambigu Pria itu.
'Ya,tugas. tugas melindungi kamu dari sejak Mami menjodohkan Kita. Ini juga salah satu caraku bersyukur karena pertemuan kita.. ' Bara menjawab pertanyaan Hani dalam hati sambil melirik Hani diam-diam dengan senyum kecil yang tak pernah lepas dari bibir pria itu.
Bara tidak pernah sesenang ini dalam hidupnya.
Wanita separo bule ini berhasil membuat hati Bara berbunga-bunga hanya dalam hitungan detik sejak pertama kali Bara melihatnya.
'Takdir sepertinya berpihak padaku karena kita bertemu kembali , Honey "ucap Bara dalam hati sambil menatap Hani sekilas dan tersenyum kecil ketika pandangan mereka bertemu yang dibalas Hani senyum sopan lalu wanita itu kembali mengarahkan pandangannya keluar jendela guna menghindari tatapan laser Bara.
Tatapan yang entah mengapa menimbulkan getaran di hati wanita itu.
*************
Sudah dua minggu berlalu setelah kejadian Bara mengantar Hani pulang kerumah wanita itu.
Selama itu pula mereka tidak pernah bertemu kembali dan selama itu pula Hani masih diliputi rasa penasaran karena ucapan ambigu Bara.
Dan hari ini mereka kembali di pertemukan di rumah keluarga Danudirja karena hari ini adalah hari pernikahan adik Bara yang juga adalah sahabat Hani.
"Apa kabar Honey?" tanya Bara ketika Hani hendak masuk kedalam kamar Kina untuk mendampingi Kina karena sebentar lagi acara ijab kabul Gerian dan Kina. Akan segera di mulai.
Mereka berdua berpapasan ketika Bara baru saja keluar dari kamarnya yang berada di samping kamar Kina.
Sebenarnya Bara akan menuju ke lantai bawah untuk menjadi saksi ijab kabul adiknya sendiri,namun langkahnya terhenti karena melihat kehadiran wanita separo bule ini.
Hani tanpa sadar memperhatikan penampilan Bara yang terlihat tampan dengan batik lengan panjang yang di kenakannya.
Belum lagi badan atletis Pria di depannya ini membuat Bara terlihat seksi yang pastinya bisa menyihir mata wanita manapun untuk memandang lebih lama karena tergoda.
Tak terkecuali Hani yang sudah panas dingin sendiri karena melihat penampilan kakak dari sahabatnya ini.
"Baik A'. Ngomong-ngomong A'Bara masih belum bisa panggil nama Hani dengan benar ya?" tanya Hani ragu setelah berhasil menguasai dirinya.
Bara Api di depannya ini masih saja memanggilnya dengan sebutan 'Honey' dan sedikit banyak hal itu kembali membuat d**a Hani berdetak kencang.
Padahal kan ini sudah lewat dua minggu dari sejak pertama kali pria itu menyebut namanya, seharusnya lidah pria ini sudah lebih luwes kan?
"sepertinya tidak akan pernah bisa" balas Bara cuek sambil mengedikkan bahunya dan memasukkan kedua tangannya sendiri ke dalam saku celana bahan yang dikenakan pria ini "Lagipula tidak masalah kan kalau aku panggil kamu dengan sebutan itu? Bukankah nama kamu memang Honey?" ucap Bara kembali dengan nada jahil karena memelesetkan nama wanita yang kini berdiri anggun di depannya.
Hani mendengus sebal karena Kakak dari sahabatnya ini sepertinya memang sengaja menggodanya.
"sok bule banget!" bisik Hani kesal yang masih bisa di dengar Bara, Bara diam-diam tersenyum kecil dan pura-pura tidak mendengarnya karena sahabat adiknya ini sangat menggemaskan jika berwajah cemberut seperti sekarang.
Wanita dengan triangle face di depannya ini sepertinya memang wanita yang mudah terpancing emosi namun juga menawan di waktu bersamaan.
"kamu cantik" puji Bara tiba-tiba sambil memperhatikan penampilan Hani dari atas sampai bawah yang dibalut dengan pakaian kebaya.
Sanggulan rambut yang modern dan jangan lupakan riasan wajah yang natural tapi terlihat menggoda karena wajah setengah bule yang dimilikinya.
Belum lagi bola mata birunya terlihat senada dengan kain batik yang menjadi bawahan kebaya yang di kenakan karena berwarna hampir sama dengan bola mata itu.
Bola mata yang selalu bisa menenggelamkan Bara seolah-olah Bara sedang berada di laut terdalam.
Ucapan Bara sontak membuat wajah Hani merona tanpa sanggup membalas dan memilih mengalihkan pandangannya kearah lain.
Mereka terdiam cukup lama dengan tatapan Bara yang masih menusuk kearah Hani sampai tiba-tiba terdengar suara mengejutkan mereka berdua.
"A'A!! buruan atuh kebawah! Eta ditungguin dari tadi ih!! Kamu teh ngapain lama disini?? Godain eneng bule yah??!"
Tika tiba-tiba sudah muncul di depan mereka berdua sambil berkacak pinggang dan menatap Bara sebal.
Sontak Bara dan Hani mengalihkan pandangan kearah wanita hampir paruh baya yang sudah berada di depannya ini.
"ck.. Gak usah teriak Mam. Ini bukan di hutan. Kayak tarzan aja "
Plakkk!!!
"aduh Mam!!" Bara meringis sambil mengusap dadanya yang di pukul sang Mami tiba-tiba.
"Anak kurang ajar ngatain Mamihnya sendiri tarzan. Kalau Mamih tarzan kamu teh berarti bayinya tarzan A'!!" hardik sang Mami yang berhasil membuat Hani tertawa lepas namun langsung berhenti karena Bara tiba-tiba menatapnya dengan pandangan takjub karena baru pertama kali melihat tawa lepas wanita ini.
"ehm.. Mam..Hani kedalem duluan ya."ucap Hani setengah gugup sambil berlalu masuk kedalam kamar Kina tanpa menunggu jawaban dari Mami Bara.
Mata Bara mengikuti langkah Hani sampai wanita itu menghilang dari balik pintu kamar sang adik.
Pllakkk!!!
"MAMI!!" teriak Bara tanpa sadar karena Maminya lagi-lagi memukul pria itu, namun kali ini di punggung Bara.
Dan pukulan panas sang Mami berhasil membuat Bara meringis kesakitan.
"Kalau mau godain eneng Bule nanti aja kalau sudah selesai ijab! Sanah kamuh teh turun!"
Bara menatap Maminya tak suka yang dibalas delikan tajam sang Mami.
Akhirnya dengan langkah kesal Bara menuruni tangga rumahnya sambil menggerutu.
"Dia yang nyuruh gw buat dekat sama Honey dia juga yang gagalin"
"MAMIH DENGER A'!"
Mendengar teriakan sang Mami, Bara membalikkan tubuhnya lalu membungkuk hormat kearah sang Mami layaknya pelayan kerajaan.
"Maaf Kanjeng Mami tercinta.." ucap Bara sambil tersenyum dipaksakan lalu setelahnya kembali menegakkan tubuhnya dan berlalu menuju lantai bawah sebelum sang Mami kembali menyiksanya.
Setelah Bara menghilang dari pandangan, sang Mami diam-diam tersenyum geli karena tindakan anak sulungnya itu.
"Anak gantengnya Mamih lucu banget.." monolog Tika sambil berlalu menuju kamar anak perempuan satu-satunya yang sebentar lagi akan menjadi tanggung jawab orang lain.
************