Mark masih tak menyangka jika Marsha hamil anaknya. Sungguh, bahagia Mark rasakan. Ada baiknya Marsha memang hamil karena dengan begitu tak lagi ada yang akan menghalangi rencananya menikahi wanita itu.
Mark meletakkan kembali ponsel di atas nakas. Lalu naik ke atas ranjang. Membungkuk mendekati Marsha. Mengusap dahi Marsha lalu memberikan kecupan di sana.
"Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku jika sedang hamil, hm?" Suara lirih menyerupai bisikan, mengusik Marsha sampai wanita itu membuka mata.
"Siapa yang hamil, Mark?"
"Kau lah. Memangnya siapa lagi. Wanita yang aku hamili adalah kau, Marsha."
Marsha yang kebingungan mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Mark. "Kau ini bicara apa, Mark? Aku tidak hamil." Tentu saja Marsha menyanggahnya karena memang dia tidak s
