“Aku mau pulang sekarang juga.” Mahesa tidak percaya dengan apa yang dia baca dari gerakan tangan Larasati pagi ini tepat setelah dirinya membuka mata. Semalam mereka sudah sepakat untuk pergi ke tempat yang lebih romantis, tetapi tiba-tiba saja sang istri mengajak pulang tanpa alasan jelas. Masih dengan wajah lesu dan pikirannya yang belum rapi, Mahesa berkacak pinggang di depan Larasati yang telah siap pulang ke Indonesia dengan pakaian rapi dan kopernya yang kini berdiri di dekatnya. “Laras, kamu bercanda?” tanya Mahesa frustrasi. “Kita baru satu minggu di Jepang dan kita harus pergi ke tempat-tempat yang kamu mau, tapi–” Ucapan Mahesa terhenti ketika Larasati kembali menggerakkan tangan bahwa dia ingin pulang ke Indonesia hari ini juga. “Kenapa? Seenggaknya bilang dulu padaku kena