“Maafkan aku untuk apa yang aku lakukan semalam.” Larasati menerima sebuah catatan kertas setelah Mahesa datang dari kamar. Mereka berdua berhadapan, tetapi tidak bertatapan dan hanya menjatuhkan pandangan satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Mereka sama-sama menyesal, Mahesa yang menyesali perbuatannya karena bersikap kurang ajar, sementara Larasati menyesal karena dia tidak bisa membiarkan suaminya menuntut hak lantaran bayang-bayang mengerikan membuatnya takut. Lalu ketika Mahesa masih menundukkan kepala menatap permukaan meja yang kosong, Larasati mendorong sebuah ponsel yang telah diisi sebuah catatan pendek. “Saya juga minta maaf. Saya masih belum bisa melakukannya. Jadi, tolong beri saya waktu agar saya bisa mengatasi rasa takut yang saya miliki.” Mahesa begitu saja mend