Keputusan CEO Tidak Boleh Dibantah

1016 Kata
Laura tersenyum bahagia mendengar pujian dari Lee. "Terima kasih, Oppa," jawab Laura. "Oke. Aku akan memberikan hadiah untukmu karena desain kamu sangat luar biasa," ujar Lee "Hadiah apa?" Tanya Laura penasaran. "Dalam rangka menghargai usahamu dan hasil kerjamu yang menakjubkan, aku ingin mengajakmu makan malam di restoran favorit sebagai hadiah," ujar CEO Lee dengan penuh semangat. "Hadiahnya itu." Laura merasa tersanjung mendengar tawaran itu, tapi ekspresi khawatir segera melintas di wajahnya. "Terima kasih, Oppa. Saya benar-benar menghargai penghargaan dan tawaran tersebut, namun saya tidak bisa keluar malam. Saya memiliki dua anak yang harus saya jaga di rumah." CEO Lee menunjukkan pemahamannya dan mengangguk. "Tentu saja, Laura. Keluarga adalah prioritas yang sangat penting. Saya sepenuhnya mengerti situasimu. Jangan khawatir, tidak ada paksaan." Laura merasa lega mendengar CEO Lee memahami kondisinya. Dia merasa dihargai dan diakui atas keterbatasannya sebagai seorang ibu yang peduli terhadap anak-anaknya. CEO Lee dengan ramah melanjutkan, "Terlepas dari itu, saya ingin mengatakan bahwa kamu adalah aset berharga bagi perusahaan ini. Kinerjamu yang luar biasa dalam desain grafis membuat saya yakin bahwa kamu memiliki potensi luar biasa. Saya ingin mendukung pertumbuhan karirmu." Laura mengangguk, menghela nafas berat. Dia merasakan kombinasi antara kekecewaan dan harapan. "Terima kasih, Oppa. Saya benar-benar menghargai penghargaan dan kepercayaanmu. Saya akan tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan saya." CEO Lee tersenyum penuh pengertian. "Itu yang saya harapkan, Laura. Dalam hal ini, saya ingin menawarkan kesempatan untuk mengambil peran sebagai kepala departemen pemasaran. Kamu memiliki bakat yang luar biasa dan saya yakin kamu akan sukses dalam peran tersebut." Laura terkejut mendengar tawaran tersebut. Setahunya tidak ada kepala departemen desain grafis di perusahaannya. Laura terkejut dan tidak siap untuk tawaran tersebut. Dia mengangkat tangannya dengan cepat, "Oppa, saya sungguh menghargai tawaran tersebut, tetapi saya merasa bahwa saya tidak memiliki latar belakang atau pengalaman yang cukup. Saya ingin terus fokus pada bidang desain grafis di mana saya merasa lebih percaya diri." CEO Lee menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Laura, ini bukanlah tawaran. Ini adalah perintah. Saya yakin kamu memiliki kemampuan untuk mengambil peran ini. Keputusan ini telah saya pertimbangkan dengan matang, dan saya percaya kamu akan berhasil." Laura menghela nafas berat, merasa tertekan dengan situasi ini. Dia merasa kewajibannya sebagai ibu dan tanggung jawabnya di rumah akan terganggu dengan perubahan jabatan yang drastis. "Dengan segala hormat, Oppa," kata Laura dengan hati-hati, "saya tidak bisa menerima jabatan sebagai kepala departemen pemasaran. Saya memiliki tanggung jawab sebagai seorang ibu terhadap dua anak saya yang masih sangat membutuhkan perhatian saya di rumah. Saya ingin tetap fokus pada peran saya saat ini sebagai desainer grafis." CEO Lee menatap Laura dengan penuh tekad. "Laura, saya memahami tanggung jawabmu sebagai seorang ibu. Tetapi sebagai seorang pemimpin, saya juga harus mempertimbangkan kepentingan perusahaan. Saya yakin kamu dapat menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga." Laura merasa tertekan dan bingung. Dia merasakan tekanan untuk menerima perintah CEO Lee, tetapi pada saat yang sama, dia tahu bahwa akan sulit baginya untuk menjalankan peran baru tersebut tanpa mengorbankan perhatian kepada keluarganya. "Saya meminta maaf, Oppa," ucap Laura dengan tegas, "tetapi saya tidak bisa menerima jabatan itu. Saya bersedia bekerja sama dengan departemen pemasaran dalam hal desain grafis jika diperlukan, tetapi saya tidak bisa mengambil tanggung jawab sebagai kepala departemen." CEO Lee menatap Laura dengan ekspresi yang tegar. "Laura, saya menghormati pendirian ku, tetapi kamu harus memahami bahwa ini adalah keputusan akhir." Laura terdiam. "Laura," kata CEO Lee dengan suara yang tegas namun terkendali, "saya telah mendengarkan argumenmu dengan seksama. Namun, saya sudah membuat keputusan akhir. Kamu akan tetap menjadi kepala departemen pemasaran." Laura mengangguk dengan perasaan campur aduk. Dia merasa putus asa karena tidak bisa menolak keputusan tersebut, meskipun dia merasa kewalahan dengan tanggung jawab yang dihadapinya. Setelah itu CEO Lee memanggil Sam ke ruangannya. CEO Lee menoleh ke arah Sam. "Sam, tolong pastikan semua berkas yang berkaitan dengan kenaikan jabatan Laura menjadi kepala departemen pemasaran sudah siap. Segera urus persiapan administratif yang diperlukan." Sam mengangguk mengerti, mencatat instruksi CEO Lee dengan teliti. "Baik, Tuan. Saya akan segera menyelesaikan tugas tersebut." Laura tetap diam, terduduk dalam keheningan. Dia merasa seakan-akan takdir telah ditentukan, dan tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghindarinya. Perasaan campur aduk dan kecemasan melingkupi dirinya. CEO Lee melanjutkan dengan nada yang sedikit lebih lembut, "Laura, saya memahami bahwa ini mungkin sulit untukmu, terutama dengan tanggung jawabmu sebagai seorang ibu. Namun, saya yakin kamu memiliki kemampuan untuk menghadapinya. Sam akan membantu mengurus semua administrasi terkait kenaikan jabatanmu, sehingga kamu dapat fokus pada pekerjaan dan keluargamu." Laura mengangkat kepala sedikit, tatapannya masih penuh dengan keraguan dan kekhawatiran. Dia merasa tersentuh oleh kata-kata CEO Lee, tetapi juga merasa tertekan dengan beban yang akan dia hadapi. "Saya mengerti," kata Laura dengan suara yang lemah. "Saya akan melakukan yang terbaik dalam peran baru ini. Terima kasih atas kesempatan ini." CEO Lee mengangguk, menunjukkan pengertian dan kepercayaan. "Saya menghargai sikapmu yang profesional, Laura. Saya percaya kamu memiliki potensi besar dalam peran ini. Jika ada dukungan atau bantuan yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk meminta." Laura mengangguk, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa dia harus menerima situasi ini dan mencoba menghadapinya sebaik mungkin. Sam, asisten pribadi CEO Lee, menyela dengan ramah, "Laura, saya akan berada di sini untuk membantu dengan apa pun yang kamu butuhkan. Jangan ragu untuk menghubungi saya." Laura menoleh ke arah Sam dan mengangguk dengan lemah. "Terima kasih. Saya akan mengingat tawaran bantuanmu." Dalam keheningan ruangan, Laura menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa perubahan besar telah datang dalam hidupnya kini. Di sisi lain Sam membatin, 'pintar juga Tuan Lee. Menjadikan Laura menjadi kepala departemen. Ini akan jadi kesempatan Tuan Lee untuk sering bertemu Laura di kantor.' Setelah itu Laura pun keluar dari ruangan Lee dengan langkah lemas. 'Seharusnya aku senang naik jabatan. Tapi mengapa aku merasa ada sesuatu di baik aku naik jabatan ya?' Pikir Laura. Laura berjalan ke arah lift dengan langkah pelan. Ada keraguan di dalam dirinya dan ia merasa takut dengan jabatan barunya. Sesampainya di ruang kerjanya, Laura kaget karena Kimmy memeluknya tiba-tiba. Belum lagi Vania yang ikut memeluk Laura hingga membuat Laura sulit bernafas. "Ada apa sih kalian, lepaskan aku!" Seru Laura berusaha melepaskan pelukan dari Kimmy dan Vania.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN