Ruang tengah rumah Ethan itu hening. Semua orang menatap Alya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Tapi satu ekspresi yang paling membuat hati Alya nyeri adalah wajah Kartini yang tampak begitu terpukul. “Satu tahun lagi?” lirih Kartini tak percaya. “Kalian baru bisa memberi Eyang cicit satu tahun lagi?” Jantung Alya mencelos, sakit sekali melihat tatapan Kartini padanya. “Maaf, Eyang. Dokter bilang begitu,” lirihnya, tak sanggup menjelaskan lebih jauh lagi. Ia melirik Ethan yang tak henti-hentinya mengusap lengannya dengan gerakan lembut dan perlahan, seolah berusaha menenangkannya. Kartini tidak berkata-kata lagi, hanya menatap Alya dan Ethan bergantian. Lalu ia menoleh pada Indira. “Kalian lanjutkan saja makan-makannya, aku mau pergi sebentar,” ucap Kartini lalu memberi isyarat pada