“Ayo Kak! Bangun, mandi dan jangan kaya gadis polos yang ga bisa move on cuma gara-gara ciuman ga sadar semalam. Kalian berdua sama-sama mabuk dan asal Kakak tau, sebanyak Kakak ga pengen ciuman semalam terjadi, Abang juga sama. Dia bahkan muntah-muntah gara-gara ingat udah nyium Kakak.” Savi melihat ke arah pintu. Hal yang mulai ia sukai adalah bahwa dia selalu tau kapan Abang kesal padanya. Sama seperti sekarang. Mengangkat kedua bahunya, Savi berkata tanpa suara, “Apa lu!” dan dia tidak melewatkan bagaimana kedua tangan Abang mengepal. Drian berniat balik ke dalam demi menjewer Savi tapi sentuhan istri Papa di bahunya membuat pria itu sadar dan menyusul Papanya. Padahal ia tetap ingin tinggal dan mengatakan bahwa bukan seperti itu kejadiannya. Pokoknya Drian harus menjelaskan bahwa se

