Ia mengulurkan tangannya dan menarik Nadine ke dalam pelukannya. Tubuh mereka bertemu, dan keheningan menjadi saksi. Hanya napas mereka yang terdengar, teratur tapi perlahan memanas. Nadine merasakan jantung Sean berdetak keras di dadanya—ritmenya tak teratur, seolah menahan sesuatu yang besar. Tangannya menelusuri punggung Sean, seperti mencoba menenangkan badai di dalam diri pria itu. “Sean...” suaranya nyaris tak terdengar. “Hmm?” “Aku tahu, kamu sedang menebus sesuatu.” Sean menahan napas. Ia ingin menyangkal, tapi tubuhnya menegang terlalu jelas untuk disembunyikan. Nadine melanjutkan, masih dengan suara tenang, “Tapi apapun itu, malam ini aku ingin percaya. Hanya malam ini.” Kalimat itu menelusup di antara keduanya. Tanpa sadar, Sean merapatkan pelukannya. Ia menunduk, menemp

