Malam itu, udara di koridor hotel terasa ganjil. Wangi bunga lili dari ballroom masih samar, bercampur dengan aroma lilin aromaterapi yang mulai padam seiring acara ulang tahun Nadine berakhir. Musik pelan mengalun dari dalam ruangan, namun di luar sana, langkah kaki Nadine terdengar tergesa di sepanjang koridor marmer yang dingin. Ia sudah mencari Sean sejak setengah jam lalu. Para tamu penting satu per satu pamit, dan suaminya—orang yang seharusnya berdiri di sisinya, menerima ucapan selamat—entah ke mana. Ponselnya tak diangkat, pesannya tak dibalas. Rasanya seperti ada sesuatu yang salah. “Nona Nadine, mungkin Tuan Mahardika sedang bicara dengan rekan bisnis—” “Sudah kubilang, aku istrinya,” potong Nadine cepat, suaranya sedikit bergetar saat berbicara pada staf hotel yang berusaha

