"kakak kenapa setuju begitu saja sih!" Kesal Naya sembari melemparkan tubuhnya di kasur
"Mau bagaimana lagi? Yang penting kita usir dia dulu dari sini" jawab Farah yang ikut berbaring di kasur
"bagaimana bisa ya ini semua terjadi? lebih baik kalau kita ditipu uang masih bisa alasan ke mama dan meminta bantuan mama untuk membayarnya. Tapi kalau soal pernikahan..." Ucap Farah
"Aku juga tidak tau bagaimana bisa semua ini terjadi" sahut Naya
"Eh tapi Nay.." Farah mengangkat kepalanya menatap Naya dengan penasaran
"kamu betulan tidak tau latar belakang laki-laki itu?" Tanya Farah digelengkan Naya
"Tapi kok saat dia lihat fotomu, dia mengatakan sudah tau alasan ayahnya menikahkan kalian. Itu artinya keluarga mereka mengenalmu Nay.." ucap Farah menebaknya
"tidak tau ahh.. aku mengantuk mau tidur saja.. hari ini mimpinya terlalu panjang" sahut Naya membenahi tidurnya
"Sialan kamu! sudah tidur seharian masih jam segini mau tidur lagi?" kesal Farah seraya memukul Naya
----
"Papa kenapa tidak cerita ke Argha kalau Naya gadis itu?" tanya Argha berdiri di depan ayahnya yang menonton televisi di ruang keluarga
"Apa papa pernah mengatakan ke kakak-kakak kamu alasan dan latar belakang wanita yang papa nikahkan dengan mereka?" Jawab Tirta yang langsung digelengkan Argha
"Yasudah.. kenapa masih bertanya" lanjut Tirta membuat Argha menghela nafas dan lalu ia duduk di samping ayahnya
"dimana Naya?" Tanya Tirta menatap tajam Argha yang menyandarkan punggungnya di sofa
"tidak mau diajak kembali kesini" jawabnya pasrah dan justru mendapatkan pukulan dari ayahnya
"Kenapa papa marahnya ke Argha? Naya yang tidak mau kembali bukan Argha yang tidak mau mengajak Naya kembali" ujarnya memprotes
"Karena kamu yang gegabah! Papa susah payah sekolah kan kamu sampai menjadi dokter, sekarang untuk menjaga istri saja tidak bisa!" Geram Tirta membuat Argha menghela nafas kembali
"Lalu aku harus bagaimana pa?" Tanya Argha
Bukannya menjawab, Tirta justru beranjak pergi. Namun tak lama ia kembali dengan membawa sebuah kunci yang ia berikan pada Argha.
"Itu kunci kamar kos disamping kamarnya Naya. Kamu tinggal lah di sana dan bujuk Naya untuk bersamamu" ucap Tirta
Argha tak banyak bicara, ia segera beranjak pergi ke kamarnya dan mengemasi beberapa pakaian serta keperluannya.
Suara gaduh dari seseorang yang tengah membuka pagar kosan membuat Naya seketika mencari tau dengan mengintip dari balik jendela.
"Siapa ya itu? terlihat bod! buka pagar saja tidak bisa" ucap Naya
"Orang baru pindah mungkin" sahut Farah yang berbaring di kasur sembari menonton televisi
"Ehh kak, sepertinya itu postur tubuh laki-laki" ucap Naya
"Om kamar 4 mungkin Nay" balas Farah
"Bukan deh.. coba kakak lihat! itu motornya, motor sport" sergah Naya langsung membuat Farah beranjak dan ikut melihatnya
"Ehh iya, sepertinya bukan om kamar 4" ujar Farah
"Jangan-jangan dia penghuni baru kamar 2 lagi" seru Naya dibenarkan Farah
Hingga kemudian orang di balik pagar itu pun bisa membukanya. Naya dan Farah begitu terkejut saat melihat Argha lah yang berdiri di sana.
"Kenapa dia?!" kaget Naya
"Iya.. Nah kenapa dia punya kunci pagar kos kita?" Ucap tanya Farah menatap Naya dengan mata terbelalak
"aku juga tidak tau!" Balas Naya
"kamu tidak memberikan kunci kosan ke ayahnya kan?" Tanya Farah segera dibantah Naya
"lalu?" ucap Farah
Mereka berdua bersamaan kembali memperhatikan luar jendela dan melihat Argha memasukkan motornya
Naya dan Farah bergegas keluar kamar saat Argha mengunci kembali pagarnya.
Argha terjingkat kaget saat berbalik menemukan kedua kakak-beradik telah berada di belakangnya.
"Ada apa?" Tanya Argha melihat mereka berdua yang berkacak pinggang menatapnya dengan tajam
"Kamu kenapa bisa masuk kosan ini?" Tanya Farah mengintrogasinya
"Ini" Argha mengangkat kunci di tangannya
"lalu kenapa kamu memasukan motormu?" Sahut tanya Naya
"Karena sekarang aku tinggal di kamar sebelah kalian" jawabnya santai
Seketika membuat kedua wanita dihadapannya itu menatap ke arah kamar yang ia tunjuk secara bersamaan
Naya dan Farah yang tak kembali berbicara langsung pergi masuk ke kamarnya.
"Aneh" gumam Argha yang kemudian ia pergi memasuki kamar sewanya
"Kakak bagaimana sih?! kenapa dia kembali kesini? tinggal di kamar sebelah lagi" gerutu Naya yang kesal
"Hei! aku juga tidak tau kalau dia akan sampai sebegitunya" jawab Farah
"Tidak tau ahh.. menjengkelkan" ucap Naya melemparkan tubuhnya ke kasur
"Ya sudahlah lagi pula laki-laki itu tampan. lumayan lah buat pemandangan di pagi dan malam hari" kata Farah langsung membuat Naya menatapnya tajam
"Kak!" Sentak Naya
"Apa" sahut Farah santai
"Kakak tau kan itu suami Naya?!" Ucap Naya
"Tau, tapi kan kamu tidak mau mengakuinya. lagi pula dia oke kok, siapa juga yang menolak kalau diberi yang seperti itu" jawab Farah
"Yasudah sana ambil saja dia. Datang sekalian ke kamarnya ajak dia berkenalan supaya lebih cepat dekat, lalu minta nomor teleponnya, jangan lupa minta dia menikahi kakak agar Naya cepet bercerai" sahut Naya dengan nada kesal
"Oke" jawab Farah beranjak pergi
"Kakak mau kemana?" Tanya Naya saat Farah telah sedikit membuka pintu kamarnya
"Mau ke kamar sebelah mengajak kenalan tetangga baru" jawabnya yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Naya
"Dasar! sok cantik!" Ucap Naya membuat Farah tertawa lepas
Farah kembali menutup pintunya dan menghampiri Naya.
"Kamu coba kesana deh, ajak dia mengobrol. Maunya apa, dan sebenarnya hubungan kalian bagaimana. Kalau memang benar dia serius denganmu, ajak dia bertemu kak Erin dan bicara dengan keluarga kita termasuk mama. Kalau kamu menerimanya, ya kalian cari solusi bagaimana baiknya tapi kalau kamu tidak mau lebih baik langsung jujur saja ke dia juga mama dan kak Erin. Kalau seperti ini terus tidak akan selesai Naya. Bagaimana pun kamu sudah besar dan harus menjadi dewasa untuk memutuskan soal kehidupan mu. Kamu tidak bisa menghindari ini selamanya" terang Farah membuat Naya menghela nafas
"Naya belum siap menikah kak. Naya tidak mau tiba-tiba menjadi istri orang. Kakak tau kan Naya tidak bisa bertahan dalam satu hubungan dengan jangka panjang. Naya juga masih kekanakan. Naya mau kuliah tahun depan, Naya mau menikmati masa muda dengan bergonta-ganti pacar" ucap Naya langsung mendapatkan pukulan di kepala dari Farah
"bergonta-ganti pacarnya dihapus Nay. tidak puas apa, satu tahun 4 kali ganti pacar selama 6 tahun belakangan? masih mau melanjutkan kebiasaan jelek itu? ingat Naya! usia mu sudah akan kepala dua" sergah Farah membuat Naya mendehum kesal
"Iya.. iya cerewet.. Naya ralat jadi Naya mau berganti pasangan 7 kali setahun bukan bergonta-ganti lagi" kini kepala Naya kembali mendapatkan pukulan dari Farah
"Bisa tidak kalau tidak pukul kepala?!" Sentak Naya
"Makanya itu otak dicuci jangan dibuat mikir yang tidak-tidak terus! tidak takut dapat karma?!" Sentak balik Farah
"seperti kakak tidak saja" gerutu Naya yang didengar oleh Farah
"Hei! masih lebih baik aku daripada kamu! kamu bisa tiap hari nonton yang aneh-aneh, sedangkan aku.."
"kakak justru setiap minggu sama pacar kakak" sahut Naya memotong ucapan Farah dengan tawa dan segeralah ia mendapatkan bungkaman bantal dari Farah.
Naya pun tertawa terbahak-bahak meskipun dirinya mendapatkan siksaan dari Farah.
Setelah puas melontarkan kekesalannya pada Naya Farah pun berhenti menyiksa Naya dan mereka kembali berbaring.
"Kak kalau dia tau Naya tidak..."
"tidak sepolos yang dia pikir?" Sahut Farah dibenarkannya Naya
"Ya sudah katakan saja.. mungkin dia justru langsung pergi" ucap Farah
"Kalau sampai mama tau bagaimana?" Tanya Naya
"Tenang.. kan dia belum mengenal keluarga kita" sergah Farah
"Ouh iya.. ya.. yasudah Naya pergi" Naya pun beranjak pergi keluar
Naya berdiri di depan pintu kamar Argha dengan jantungnya yang tak berhenti berdegup kencang hingga keringat dingin mulai meluncur dari tubuhnya
Ceklek
"Ada apa?" Tanya Argha langsung
"Tau darimana ada orang disini? Kan aku belum ketuk pintu" sahut Naya mengalihkan pembicaraan
"Kamu lihat.." Argha menunjuk jendela kamarnya
"Dari sini terlihat gelap, tetapi dari dalam bisa melihat ke arah luar dan di balik kaca ini tidak ada tirai. Jadi terlihat jelas saat kamu berdiri disini" jelasnya langsung membuat Naya menelan ludah kasar