BAB 6-Isi Hati

1305 Kata
Ketukan terdengar dari depan pintu kamar kakak-beradik itu. Farah yang telah mengalungi handuk pun pergi untuk membuka pintu kamarnya. "Aku kira siapa, cari Naya?" Ucap tanya Farah dianggukan oleh Argha yang berdiri didepan kamarnya "Itu, masih tidur" sembari menunjuk Naya yang masih terbaring di kasur "Masuk saja, aku tinggal mandi.." ucapnya yang membiarkan pintu terbuka Argha pun masuk dan duduk di sisi kasur tepat di samping Naya yang tidur. "bangunkan saja kalau memang penting" ucap Farah yang telah berdiri di pintu kamar mandi "Atau kamu juga bisa mengajaknya berbicara saat dia masih tidur seperti itu" Argha menoleh pada Farah dengan heran "Dia memiliki kemampuan khusus Bisa diajak berbicara saat tidur. Lebih nyaman juga mengajaknya berbicara saat dia diam seperti itu. Dia lebih jujur dan itu benar-benar keluar dari hatinya" jelas Farah "Kamu tidak percaya?" Tanya Farah yang hanya didiamkan Argha Farah menghela nafas kasar, "Nay, laki-laki yang tinggal dikamar sebelah siapa namanya?" Tanya Farah dengan nada meninggi Naya pun mendehum dengan matanya yang masih menutup, "Argha" jawabnya bergumam "Tuh kan.. bisikan di telinganya saja, dia juga akan menjawab" ucap Farah menyeringai, ia kemudian masuk ke kamar mandi. Mendengar suara deras aliran air di kamar mandi, Argha pun sedikit menurunkan tubuhnya. ia mendekatkan bibirnya di telinga Naya. "Hei" sapa Argha berbisik di telinga Naya dan disahuti Naya dengan dehuman "Bagaimana Argha di matamu?" Tanyanya dengan pelan "Tampan.. baik.. pintar.. sempurna.." jawab Naya "Apa kamu membencinya?" Tanya Argha kembali "Tidak" "Kenapa kamu tidak menerimanya sebagai suami mu?" Naya tersenyum simpul, "kakak tau kan kalau aku tidak ingin menikah cepat karena takut menghadapi pertengkaran di dalam rumah tangga. Alasan kakak belum menikah sampai sekarang juga karena itu kan" jawabnya "Kenapa tidak mencobanya terlebih dahulu dengan Argha? kamu bisa mengatakan soal ketakutan mu itu padanya juga" kata Argha "Perempuan b******k seperti ku tidak pantas untuknya" "Apa yang membuatmu berfikir tidak pantas untuknya?" Argha yang masih penasaran terus melontarkan pertanyaan pada Naya Kini Naya mengernyit, "Aku pernah menjual tubuhku hanya demi uang dan kau tau itu" ujarnya seketika membuat Argha bergeming beberapa saat sampai ia mendengar suara aliran air di kamar mandi telah berhenti, ia pun bangun dari posisinya. Farah pun keluar dari kamar mandi dengan berbusana kantornya serta rambut yang dililit handuk. "Belum selesai?" Tanya Farah digelengkan Argha "Saya.." "Pakai aku-kamu saja" sahut Farah dianggukan Argha kembali "Aku membawa makanan untuk kalian" ucapnya sembari memberikan tas kresek pada Farah "Terimakasih, aku pergi dulu" pamit Argha dianggukan Farah yang kemudian ia mengantarkan Argha keluar kamarnya "Hei, Nay bangun" seru Farah membuat Naya seketika membuka matanya "Dia sudah pergi?" Tanya Naya "Tentu saja! Jika belum buat apa aku membangunkan mu" jawab Farah "Dia kemana?" Tanya Naya "Mana aku tau.. yang pasti dia keluar, tutup pintu pagar dari luar" jawab Farah "Sial! gara-gara kalian, sepagi ini aku sidah berbusana kantor" gerutu Farah di depan kaca rias Tiba-tiba Naya memeluk Farah dari belakang, "terimakasih ya kak, sudah membaca keadaan dengan cepat" ucap Naya sembari menyandarkan kepalanya di punggung Farah "Ishh.. pergi sana!" Farah yang kesal mendorong kepala Naya untuk menjauh darinya "Kita itu satu server, jadi aku tau jelas apa yang kamu pikirkan dari bangun tidur sampai tidur lagi" jelas Farah dibenarkan Naya "Kenapa kamu tidak berbicara dengannya saat sadar saja? Kenapa harus memakai cara ini?" Farah bertanya mengintrogasinya "Kak, ingatkan kalau dulu aku menggunakan cara seperti ini hanya untuk memutuskan mantanku. Tentu saja aku menggunakan cara ini lagi untuk hal sensitif seperti ini" jawab Naya "Hem.. iya sih. Tapi Nay, kamu tidak takut kalau dia beneran menceraikan mu?" "Tidak! itu justru yang aku inginkan, kalau bisa secepatnya. Aku tidak mau seorang dokter muda, tampan, cerdas, berbakat seperti dia menyia-nyiakan hidupnya untuk berada di sampingku" ujar Naya menghela nafas "Kamu yakin?" Tanya Fara dianggukan Naya dengan cepat "Tapi wajamu mengatakan kalau kamu tidak ikhlas melepasnya" ucap Farah menggodanya Naya pun meliriknya kesal namun itu membuat Farah tertawa lepas. "siapa juga yang bisa ikhlas kalau melepaskan permata seindah itu" celetuk Naya dibenarkan Farah "Ahh sudahlah.. itu makanan dari Argha. Cepat dimakan! jangan sampai lupa tidak kamu makan, nanti sayang kalau basi" ujar Farah Naya menguap, lalu menggeliatkan badannya dan kembali berbaring di kasur, "nanti saja.. masih pagi.. lebih enak tidur" jawabnya mengabaikan Farah ---- "Hei" gertak Rana rekan dokter sekaligus sahabat Argha "Ada apa denganmu?" Tanya Rana duduk disamping Argha Argha menghela nafas, ia menyandarkan punggungnya di sofa. "Bagaimana malam pertama mu?" Rana menatapnya menggoda "Malam pertama apanya?! Yang ada pengantinku kabur dibalik punggung kakaknya setiap melihatku" jelasnya bergumam kesal Rana tertawa mendengar jawaban Argha, "apa kau langsung menerkamnya?" Tanyanya menggoda "Kau seharusnya melakukan pendekatan terlebih dahulu Gha, apalagi kalian itu di jodohkan. Yahh.. dia terkejut lah kalau tiba-tiba kamu menerkamnya" ujar Rana didehumkan kesal oleh Argha "Tapi yang membuatmu merenung bukan karena itu kan?" Tanya Rana dibenarkan Argha "Apa ada sesuatu? Cerita padaku" ujar Rana menatapnya serius karena penasaran "Aku rasa dia tidak akan bisa menerima hubungan ini sampai kapanpun, Ran" ucap Argha Rana mengernyit kebingungan,"kenapa? Kan kalian belum saling mengenal dan juga kalian baru berapa jam menjadi suami-istri" "Entahlah.. tapi aku merasa dia tidak akan pernah menerimaku, karena di dalam hatinya saja dia menegaskan bahwa tidak akan memasukkan ku kedalam kehidupannya" jawabnya pasrah "Bagaimana kamu tau isi hatinya?" Tanya Rana "Tadi pagi aku berbicara dengannya saat dia tertidur pulas. Naya mengatakan bahwa dia takut dengan pernikahan, dia juga tidak ingin menyakitiku karena itu dia bersikeras ingin bercerai denganku" jelas Argha mendapatkan tawa dari Rana "Kamu berbicara dengannya saat dia tidur pulas?" Argha mengangguk dengan yakin "Apa kamu yakin itu isi hatinya?" Tanya Rana "Tentu saja, karena kakak nya mengatakan hal itu padaku. Naya bisa diajak berbicara saat dia tertidur pulas" jawab Argha "Heh! Sepertinya gelar dokter mu akan segera dicabut deh Gha. Mana ada orang bisa diajak bicara saat tertidur? Bahkan saat kamu mengigau saja tidak akan ingat sama sekali ketika bangun. Mana bisa dia menjawab pertanyaan mu saat tertidur" sergah Rana sembari menertawakan Argha "Tapi kakak nya bilang.." "Itu kakak nya Gha, jelas saja mereka sudah merencanakannya" "Mungkinkah?" ucap Argha yang masih tidak percaya Rana beranjak dari sofa, ia menepuk pundak Argha dan meremasnya, "pikirkan kembali.. hal seperti itu mungkin ada tapi itu pasti sudah jadi tranding topik di negara ini. Nah ini yang tau hanya kakak nya, itu jelas mustahil. Percaya pada dirimu saja yang sudah memiliki gelar dokter Spesialis Mata terbaik di kota ini dibandingkan percaya dengan dua saudara itu" ucap Rana membuat Argha berfikir keras "Sudahlah aku pergi.." Rana pun pergi meninggalkan ruangan Argha dengan senyuman lepas yang tak juga berhenti Tak lama setelah Rana keluar dari ruangan Argha, dokter Galan pun memasuki ruangan Argha. "Dok" Argha berdiri memberi salam pada dokter Galan yang tak lain adalah kakak kandungnya "Sudahlah tidak perlu seperti itu saat berdua saja" ujar Galan menepuk pundak Argha "Tidak baik jika ada staff disini melihat ku bertingkah semaunya pada dokter" ucap Argha "Yahh kalau didepan para staff, tidak apa kalau kamu bersikap formal tapi saat di ruangan seperti ini, untuk apa. Tidak ada yang melihat juga" sergah Galan "Bagaimana pun di rumah sakit ini, dokter Galan seorang kepala dokter. jadi aku tetap harus formal jika masih di lingkup rumah sakit" ucap Argha membuat Galan mendehum pasrah "Aku tadi melihat Rana keluar dari ruangan mu. Ada apa?" Tanya Galan "Tidak ada apa-apa dok, hanya percakapan biasa" jawab Argha "Benarkah? Tapi aku melihat Rana tertawa lepas" ujar Galan "Ahh itu hanya sedikit pembicaraan mengenai pernikahan dadakan saya" jelas Argha tersenyum simpul "Ada apa? Apa ada sesuatu? Cerita saja padaku. Aku tau rasanya bagaimana dan harus menanggapinya bagaimana karena aku sudah pernah di posisimu saat ini" ucal Galan membuat Argha mendehum kebingungan "Tidak ada yang serius, hanya perlu beradaptasi sedikit saja. Ouh ya dokter ada keperluan?" Tanya Argha mengalihkan pembicaraan mereka dan pada akhirnya membuat Galan beralih topik sehingga membuat Argha mengela nafas lega
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN