Bab 5

1319 Kata
Rating reality show episode satu yang tadi malam baru tayang akhirnya mengalahkan rating sinetron kesayangan ibu-ibu tentang azab pelakor yang ditayangkan stasiun televisi Ondosiar. Pihak televisi yang menyiarkan acara itu RCTO, memutuskan mengadakan pesta untuk merayakan tingginya rating untuk episode satu malam ini yang akan dihadiri seluruh kru dan juga pemeran utamanya. "Mbak gaunnya yang mana?" Tanya Winda sembari memegang tiga gaun yang baru saja datang dari butik langgananku. Aku meletakkan tangan di dagu untuk memilih gaun mana yang cocok untuk acara pesta nanti malam. "Yang itu aja, kanan." Aku akhirnya memilih gaun yang dipegang tangan kanan Winda, gaun warna pink muda yang terlihat lebih sederhana dibandingkan dua gaun lainnya. Winda meletakkan gaun itu di kasur dan pergi untuk melanjutkan pekerjaannya memilah naskah FTV yang baru datang tadi pagi. Sambil menunggu waktu untuk menghadiri pesta itu aku pun membuka forum tempat para fans memberikan tanggapan atas film, sinetron ataupun reality show yang baru tayang. Erick ganteng banget ya. Kayaknya sudah biasa aku baca dan dengar dari mulut fans yang hanya melihat bentuk dari luar saja. Chemistry Allea dan Erick gila parah, kayak lagi pacaran beneran. Pokoknya gue tim AlleaErick Cih, nggak tau aja mereka kalau aku terpaksa melakukan itu semua demi pekerjaan dan rating. Alah, gue lebih suka ErickKallila Mataku terpana membaca komen salah satu fans Erick tentang Erick dan Kallila, artis yang namanya kini sedang naik daun sejak membintangi film Dolan, 1991. Mungkinkah mereka ada hubungan? Wow sungguh berita yang tidak aku duga. Iya, Kallila lebih cantik dan aktingnya juga teruji. Allea nggak seberapa dibandingkan dirinya. Erick lebih cocok dengan Kallila. Aku membuat akun baru dan tentu saja anonim untuk bergabung ke dalam forum itu. Tujuanku cuma satu agar fans-fans garis keras Erick berhenti memujanya dan tau kalau Erick itu tidak sebagus tampilan luarnya. Gaes jangan terpesona bentuk dan rupanya Erick. Erick itu penjahat kelamin! Aku menunggu tanggapan dari fans Erick dan tidak lama ada balasan masuk. Haters! Erick itu sempurna jangan bikin gosip murahan. Asal kalian tau Erick itu ... Aku hendak memberitahu mereka tentang perbuatan Erick padaku tapi aku batalkan dan aku hapus kalimat yang hampir aku kirim tadi. Terserah mau dicap hater atau tidak, tapi percayalah Erick itu nggak sebaik tampilannya. Aku langsung log out dari forum dan menyimpan ponselku untuk bersiap datang ke acara pesta nanti malam. Erick dan Kallila? Aku yakin Kallila akan jadi korban selanjutnya. **** Pesta yang diadakan pihak televisi ternyata tidak saja dihadiri kru dan pemain reality show tapi juga artis-artis yang namanya sering muncul di sinetron yang tayang di televisi RCTO. Aku pun mencoba membaur agar bisa dekat artis-artis yang lebih duluan terjun di dunia entertaimen. "Allea, selamat ya reality shownya bagus," teriak salah satu artis yang namanya aku lupa. Aku balas dengan senyuman dan juga juga teriakan karena suara musik mengganggu percakapan kami, "Terima kasih sudah nonton ya, sinetron kamu juga bagus," balasku basa basi. Dia pun pergi dan aku mencoba mencari kru-kru agar bisa bergabung dengan mereka, aku melewati kerumunan beberapa artis yang sedang asyik menikmati lagu yang disajikan salah satu DJ yang terkenal suka makan sayur mentah yang suaminya ketahuan selingkuh. "Allea," teriakan pak Syamsul aku balas dengan lambaian tangan. Aku melewati para undangan dan akhirnya bergabung dengan kru. "Maaf telat, di luar macet banget," teriakku. Mereka tersenyum dan menyuruhku bergabung di meja kru reality show. Aku mengambil segelas jus jeruk dan meneguknya sampai habis. "Ini minum," salah satu kru yang namanya aku nggak tau memberiku segelas minuman beralkohol tapi aku menolak. "Maaf, gue nggak minum alkohol," balasku. Kru lain tertawa seakan mengejekku karena menolak segelas minuman alkohol tapi aku sudah janji tidak akan pernah mau minum minuman alkohol. "Ayolah, segelas saja untuk merayakan keberhasilan rating episode satu. Semua orang minum bahkan pak Syamsul juga," bujuk kru itu lagi dan dia meletakkan gelas itu di depanku. "Maaf, gue nggak minum alkohol," tolakku lagi. Suasana mulai canggung dan banyak kru bisik-bisik karena aku menolak niat baik mereka tapi sungguh aku tidak mau minum bukan karena sombong tapi karena memang tidak mau minum minuman beralkohol. "Ah payah, jangan sok suci." Sindirnya. Aku mulai risih setelah mendengar sindirannya barusan dan aku terpancing karena sindirannya itu. Aku mengambil gelas tadi dan berniat meminumnya, toh hanya segelas saja tidak akan membuatku mabuk. "Nah gitu dong, ini pesta bukannya acara ulangtahun yang minumnya orange jus," balas kru itu dan mereka tertawa bersama-sama. Aku hendak minum tapi gelas yang aku pegang dirampas Erick dan tanpa diduga Erick langsung menghabiskan isi gelas itu dalam sekali teguk. Kru-kru tercengang begitupun aku. "Besok kita syuting dan aku nggak mau syuting dibatalkan karena pemeran wanitanya mabuk," ujarnya sebelum duduk di depanku. Kami saling menatap panjang meski banyak kru mengajaknya bicara tapi matanya masih mengarah ke diriku. "Lagi dong bro," ujar kru tadi lagi dan gelas yang sudah kosong tadi kembali diisi dengan minuman yang sama dan lagi-lagi Erick menghabiskan dalam sekali teguk. Erick mulai mabuk saat kru itu berkali-kali menuangkan minuman itu ke dalam gelasnya. Hingga acara pesta selesai beberapa kru mulai tidak sadarkan diri karena mabuk sedangkan kru lain mulai menghilang. Artis-artis juga mulai meninggalkan ruang pesta, hanya aku dan Erick yang masih sadar meski Erick terlihat sempoyongan sambil memegang kepalanya. Tidak lama Erick berdiri dari kursinya lalu dia melepaskan jas serta dasi kupu-kupu yang terpasang di lehernya. "Ayo, aku antar pulang." Erick mendekatiku lalu memegang tanganku tapi aku menghalaunya. "Orang mabuk mau antar gue pulang? Hahahaha loe beneran udah mabuk Rick, lebih baik elo telepon manager dan suruh dia antar elo pulang atau elo telepon Kallila juga bisa, kalian pacaran kan?" Erick masih berdiri dengan tubuh mulai sempoyongan. "Pacar? 10 tahun ini aku tidak pernah pacaran atau mencintai wanita lain karena hanya ada satu wanita yang pernah mengisi hatiku dan wanita itu ..." Belum selesai Erick bicara tiba-tiba dia jatuh ke dalam pelukanku. "Astaga!" Sumpah baru sekali ini aku menghadapi orang mabuk, aku ambil ponsel dari sakunya dan mencoba mencari nama managernya tapi sayangnya ponselnya dikunci. "Sial!" Aku lihat disekeliling ruang pesta tapi tidak ada satupun orang yang bisa membantuku. Aku mencoba menghubungi Winda untuk menelepon manager Erick tapi ponsel Winda tidak aktif. "Apa aku tinggalin aja ya Erick di sini sendirian?" Aku membaringkan Erick di sofa dan berniat pulang tapi baru beberapa langkah aku teringat saat dia mengambil gelasku tadi. Andai tidak dia ambil mungkin aku yang sekarang mabuk dan diperlakukan seperti dia. "Elo harus bayar gue mahal karena ngurusin orang mabuk!" Gumamku dengan kesal. Aku membantunya berdiri dan dengan tertatih-tatih aku membawanya keluar dari ruang pesta. Untungnya acara diadakan di hotel dan aku terpaksa mengambil satu kamar untuk Erick malam ini karena aku nggak mau mengantar Erick ke rumah itu. "Kamar 1203," ujar resepsionis dengan senyum penuh arti. "Dia mabuk di pesta dan aku hanya mengantarnya ke kamar terus pulang, jangan salah sangka dan menyebarkan gosip." Ujarku. Resepsionis itu kembali tersenyum dan menyuruh bellboy membantuku membawa Erick ke lantai atas. "Sialan, Erick membuatku hilang muka!" Ocehku kesal. Setelah bersusah payah akhirnya aku dan bellboy itu berhasil membawa Erick ke kamar yang aku pesan. Aku mengeluarkan beberapa lembar uang ke bellboy itu dan memintanya menutup mulut. "Elo ya, bisanya bikin gue susah mulu. Kapan sih elo berubah hah? Bisanya bikin gue kesellll aja," aku mengomelinya meski aku sadar omelanku tidak akan didengarnya karena Erick benar-benar mabuk. "Allea," aku langsung diam saat dia memanggil namaku dalam tidurnya. Aku mengacuhkan panggilannya dan berniat meninggalkan dia sendirian di kamar karena tugasku sudah selesai. Besok managernya pasti datang menjemput. Saat akan membuka pintu aku mendengar suara cicitan Erick. "Allea, maaf ... maaf ... maaf sudah melakukan hal yang menyakiti kamu." Aku melihatnya dan matanya masih tertutup, Erick mulai mengigau. Aku pun membuka pintu dan baru akan keluar sebuah kalimat dari mulut Erick bagai petir di siang bolong. "Maaf aku sudah mengambil harta berharga kamu." Aku benar-benar shock mendengar kalimat barusan dan aku kembali masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu. Aku akan membunuhnya malam ini. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN