04 - Mau Tidak Mau

1037 Kata
"Gimana? Kamu setuju apa tidak?" Tanya Billy kembali karena tidak mendapatkan jawaban apapun dari Bunga yang saat ini seperti sedang berpikir sangat keras. 'Sial! Kenapa aku sama sekali tida memiliki sebuah pilihan lain lagi? Arrrggh! Rasanya saat ini aku ingin berteriak dan kabur dari sini sejauh mungkin.' "Bunga!" Panggil Billy dengan nada keras membuat Bunga kembali tersadar dari lamunannya. "Hah? Ya..." Jawabnya seketika. "Ya apa? Kamu masih memiliki sebuah kesempatan bila ingin membatalkannya. Bukannya uang segitu tidak banyak di mata kamu?" Ujar Billy yang mengetahui bahwa Bunga merupakan Anak orang yang sangat berpengaruh di Indonesia ini. 'Kalau saja kamu mengetahuinya Bil, bila sekarang keadaanku sudah sangat menyedihkan!' Pikir Bunga. Sebelum melanjutkan ucapannya kembali Bunga menghela nafas dengan sangat beratnya, mau tidak mau, suka tidak suka dia sudah tidak memiliki sebuah pilihan lagi. "Ya aku bersedia untuk bekerja menjadi sekretaris kamu." Jawabnya pada akhirnya. 'Ini benar - benar sangat aneh dan sungguh tidak masuk akal, kenapa Bunga setuju untuk menjadi sekretarisku? Bukankah ini kesempatan baik untuknya pergi ya?' Billy terus saja berpikir bila keputusan dari Sang mantan pacarnya itu sungguh diluar dugaannya. Dia mengetahui bahwa Bunga sangat amat membencinya karena sudah pergi meninggalkan begitu saja dulu. "Baiklah kalau begitu, selamat bergabung di Perusahaanku. Oh iya mulai sekarang sebaiknya kamu harus membiasakan diri untuk memanggil dengan Bapak. Karena aku tidak ingin karyawan lain berpikiran lain. Aku paling tidak menyukai sekretaris yang tidak ontime, aku tidak menyukai sekretaris yang berdandan terlalu berlebihan dan menor, aku tidak suka sekretaris yang berpenampilan seksi, aku tidak suka mempunyai sekretaris yang lelet dalam melakukan apapun juga." Ketus Billy dengan tegas. "Dan aku tidak akan memberikan tolerier bila kamu berani berbohong. Kamu juga harus bersedia menemaniku kerja keluar kota sesuai dengan peraturan kontrak kerja ini. Sebaiknya kamu mengingat semuanya." "Baik, Bil..." Bunga menutup mulutnya dengan cepat. "Maksud aku, Pak." Ralatnya dengan cepat. "Bagus!" "Apa masih ada yang lainnya lagi, Pak? Sudah bolehkah saya pergi?" Tanya Bunga. "Tidak ada! Silahkan, pintunya ada disebelah sana." Billy menyarahkan tangannya kearah pintu. Bunga menahan tangannya yang sudah dikepalkannya. 'Sabar Bunga, kamu harus sabar menghadapi Billy.' Bunga pun beranjak dari kursinya, baru saja Bunga melangkah beberapa langkah, Billy sudah memanggilnya, "Oh iya ada satu hal lagi," Ucap Billy membuat langkah Bunga terhenti. Bunga membalikkan badannya kembali kearah Bos nya itu, dia menatap Billy dengan tatapan bingung sambil menunggu Sang Atasan kembali melanjutkan ucapannya kembali. "Saya paling tidak suka bila ada seorang sekretaris yang berani menggoda saya. Apa kamu paham dengan apa yang baru saja saya katakan bukan?" Tegas Billy. Bunga membelalakkan kedua matanya dengan tajam, 'Apa dia sudah gila? Beraninya dia berpikir bahwa aku akan menggodanya?' Batin Bunga. "Baik, Pak! Permisi." Bunga masih berusaha untuk menahan kemarahannya saat ini. Dia menutup pintu ruangan Billy dengan sangat cepat. Setelah itu Bunga menghentak - hentakkan kedua kakinya sambil menyumpahi Sang atasan dengan segala yang sudah dipendamnya sedari tadi. "Dadar menyebalkan! Kenapa bisa dari sekian banyak tempat aku harus menjadi sekretarisnya? Kenapa aku menjadi terjebak seperti ini! Kamu benar - benar sudah banyak berubah, Bil. Kamu semakin angkuh dan seenak - enaknya saja!" Lalu Bunga duduk dikursi yang sudah tersedia disebelah ruangan Billy. Hari pertamanya dikantor benar - benar terasa sangat berat, Billy terus saja memberikannya sebuah pekerjaan tanpa henti. Rasanya untuk bernafas saja Bunga sudah merasa begitu kesulitan. Hari ini berakhir begitu saja. Bunga melajukan mobilnya dengan sangat cepat, dia ingin mencari sebuah tempat tinggal untuk dirinya. Sebenarnya kalau boleh jujur, Bunga sudah sangat lelah hari ini. Namun, karena dirinya sudah terlanjur berjanji kepada beberapa pemilik rumah, mau tidak mau Bunga harus pergi juga. Untung saja Bunga sudah menandai beberapa rumah yang berada didekat kantornya bekerja. Kalau saja dia belum menandainya, mungkin saja dia belum menemukan rumah mana yang sedang dikosong dan bisa disewa. Bunga keluar dari dalam mobilnya menuju rumah pertama yang dia dapatkan, Bunga melihat - lihat dengan sangat teliti karena dirinya paling tidak menyukai rumah yang sangat kotor. Sebenarnya Bunga lumayan menyukai rumah pertama ini, hanya saja lingkungannya kurang bagus. Selama tadi menyetir Bunga melewati tempat banyak pria yang sedang minum - minum, Bunga takut bila dia pulang larut malam dirinya akan dijegat dijalan tadi. Setelah berpikir sebentar, Bunga memutuskan untuk segera pergi dari sana, "Permisi ya Pak, nanti bila saya sudah membuat sebuah keputusan, saya akan menghubungi Bapak." Bunga menolak dengan cara yang sangat halus agar yang punya rumah tidak merasa sakit hari. Bunga pun berbegas masuk kedalam mobilnya, dia kembali mengemudikan mobilnya menuju kerumah yang kedua yang tidak berada jauh dari kompleks tadi. Bunga hanya melihatnya dari luar saja, dari luar saja dia melihat rumahnya seperti rumah hantu yang sudah lama tidak dihuni. Bunga segera menancapkan gas mobilnya untuk segera kabur dari sana, dia menuju rumah yang ketiga yang lumayan jauh dari sini. Bunga pun melajukan mobilnya sesuai dengan arahan google map nya itu. Sesampainya disana, Bunga langsung segera turun. Dia melihat dan menilai rumahnya itu, 'Bagus! Pasti akan nyaman tinggal disini.' Pikirnya. "Kira - kira rumah ini ingin di kontrakkan dengan harga berapa ya Pak?" Tanya Bunga. "Adik mau ambil berapa tahun?" "Saya ingin mencobanya dulu selama satu tahun, Pak." Jawab Bunga dengan jujur. "Kalau hanya setahun saya tidak bisa memberikan potongan harga ya. Harga kontrak rumahnya 20 Juta, Dik." "Baik Pak saya setuju." Dengan langkah cepat Sang Pemilik rumah langsung menyiapkan kwitansi sebagai bukti sewa menyewa. Bunga pun menandatangi kwintansi itu . Lalu dia membayarkan rumah itu melalui mBanking. "Terimakasih ya, Pak! Kalau begitu saya permisi dulu. Kemungkinan mulai besok saya akan mulai pindah." Bunga mengulurkan tangannya kepada pemilik rumah. "Baik, Dik."  Bunga pergi dari sana dengan sangat cepat. Dia sudah merasa sangat lega karena pada akhirnya dia sudah berhasil menemukan tempat tinggal baru. Sesampainya dirumahnya dia pun bergegas mandi lalu makan malam. Setelahnya Bunga segera membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Dia mulai memejamkan kedua matanya, namun, pada saat matanya terpejam, dia malah melihat wajah angkuh Billy. Dengan cepat Bunga kembali membuka matanya lagi.  "Kenapa bisa wajah menyebalkan itu malah muncul diingatanku? Gak ini gak boleh terjadi!" Kemudian Bunga menghela nafasnya dengan kasar, "Lupakan Bunga...dia bukan Billy seperti yang kamu kenal dulu! Dia sekarang hanya orang asing saja." Lalu secara perlahan Bunga mulai memejamkan kedua matanya kembali. Hingga akhirnya Bunga bisa tertidur dengan lelap. Dia tidak ingin memusingkan tentang Billy lagi. Bagi Bunga Billy hanya merupakan masa lalu yang tidak perlu diingat lagi. Bunga sudah tidak ingin memilikirkan apa yang akan terjadi besok, dia hanya ingin hidup dengan tenang tanpa diganggu oleh pikiran - pikiran yang belum tentu menjadi kenyataan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN