Bab 1 Memutuskan Hubungan

945 Kata
"Aku mau kita putus," ucap Nindy setelah berdiri di depan sang kekasih. Netra Billy melebar setelah mendengar itu. "Putus?" ulangnya dengan wajah terkejut. "Ya. Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi." "Kenapa tiba-tiba minta putus?" Nindy mengabaikan pertanyaan sang kekasih, dan memilih berjalan melewatinya. "Nin, tunggu!" Billy mencengkram tangan Nindy ketika kekasihnya itu terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan darinya. "Lepas!" Nindy menghempaskan tangan Billy dengan kuat dengan mata yang menyala. Billy nampak terkejut melihat reaksi berlebih yang ditunjukkan oleh Nindy, terlebih saat melihat raut wajah dingin sang kekasih. "Kenapa tiba-tiba minta putus? Aku salah apa, Nin?" "Kamu pikir aja sendiri," jawab Nindy sembari memalingkan wajahnya ke samping dengan wajah acuh tak acuh. "Aku ngerasa nggak punya salah," balas Billy, "Beberapa hari ini kamu yang terus menghindari aku, makanya aku temuin kamu hari ini." Nindy yang sejak tadi memalingkan wajahnya ke samping, akhirnya beralih menatap Billy dengan sorot mata dingin. "Bukannya kamu duluan yang menghindari aku?" "Kapan aku menghindari kamu?" "Seminggu sebelum kamu ketemuan sama temen-temen kamu." Setelah mendengar ucapan sang kekasih, Billy akhirnya mengerti. "Aku nggak bermaksud menghindari kamu. Aku cuma lagi ada masalah aja waktu itu," kata Billy sembari memegang bahu sang kekasih. "Aku bakal jelasin sama kamu, tapi nggak di sini. Ikut aku ke apartemen, ya? Aku jelasin semuanya di sana," bujuk Billy dengan lembut. "Aku nggak mau dengar penjelasan apa pun dari kamu," tolak Nindy dengan tegas. Billy menautkan kedua alisnya melihat sikap aneh Nindy. Ini pertama kalinya, melihat kekasihnya itu marah dan bersikap ketus padanya. "Aku minta maaf kalau selama beberapa hari ini kamu merasa diabaikan." Billy masih berusaha bersikap lembut, meskipun kekasihnya itu bersikap ketus padanya. "Aku cuma butuh waktu sendiri. Aku janji bakal lebih merhatiin kamu mulai sekarang. Jangan pernah bilang putus lagi, aku nggak suka dengernya." Nindy mendesis dengan wajah mencibir setelah mendengar ucapan Billy. "Jangan pura-pura lagi. Aku sudah tahu semuanya, Bill. Aku tahu rahasia yang selama ini kamu sembunyikan dari aku." "Rahasia apa maksud kamu?" tanya Billy dengan alis menyatu. "Tolong jelasin sama aku. Aku nggak ngerti maksud kamu, Nin." "Bill, sejak awal, seharusnya aku nggak nerima kamu. Aku memang bodoh karena bisa tertipu sama sikap manis kamu." Sorot mata Billy menjadi dingin seketika. "Aku nggak pernah menipu kamu." "Terserah kamu mau bilang apa, yang terpenting aku mau putus." Billy mengertakkan giginya usai mendengar itu. Bahkan sorot matanya berubah menjadi tajam. "Tidak semudah itu kamu bisa putus dari aku. Kasih tahu aku dulu alasan kamu ingin mengakhiri hubungan kita." Karena Billy terus mendesaknya, Nindy pun akhirnya menjadi semakin kesal. "Bukannya, memang ini yang kamu mau? Kenapa sekarang kamu malah nggak mau putus?" "Aku nggak pernah bilang kayak gitu. Jangan cari-cari alasan untuk putus dari aku, Nin." Ingin sekali Nindy berteriak dan menampar Billy untuk meluapkan kemarahannya saat ini. Namun, sekuat tenaga dia tahan karena tidak ingin membuat keributan di tempat umum. "Kalau aku punya salah, tolong jelasin di mana letak kesalahanku supaya bisa aku perbaiki. Jangan langsung minta putus begini, Nin," ucap Billy lembut. Sejak tadi dia masih berusaha keras untuk menahan dirinya agar emosinya tidak terpancing. "Kamu nggak salah apa-apa. Aku yang salah. nggak seharusnya aku percaya sama kamu." Dirinya memang bodoh karena mengira kalau Billy mencintainya. Dia pikir sikap lembut Billy selama ini karena dia memang mencintainya, ternyata itu hanya sandiwara saja. "Sayang, ada apa sebenarnya? Jangan bikin aku bingung." Beberapa hari ini, Nindy menghilang secara tiba-tiba dan tidak merespon semua pesan serta darinya dan sekarang dia ingin mengakhiri hubungan mereka secara sepihak, tentu saja Billy merasa ada yang aneh dan janggal pada kekasihnya. "Aku bosan sama kamu," jawab Nindy. Tidak sanggup bertatapan lebih lama dengan iris coklat Billy, Nindy akhirnya memalingkan wajahnya ke kiri. "Aku udah nggak cinta lagi sama kamu." Rahang Billy seketika mengetat setelah mendengar itu. Dia memicingkan mata, lalu berkata penuh penekanan, "Apa udah ada orang lain di hati kamu, makanya kamu tiba-tiba minta putus?" "Nggak ada." Setelah mendengar sanggahan Nindy, Billy merasa kalau sikap Nindy semakin tidak wajar. Selama ini, mereka tidak pernah berselisih ataupun bertengkar. Hubungan mereja baik-baik saja. Billy memang sempat melihat ada sedikit perubahan pada Nindy 3 hari yang lalu, tapi dia abaikan karena dia pikir kekasihnya itu mungkin sedang ada masalah dengan keluarga ataupun temannya. "Kalau gitu, kasih tahu aku, apa alasan kamu sebenarnya minta putus? Aku nggak percaya kalau kamu bilang bosan dan nggak cinta lagi sama aku." "Aku memang udah nggak cinta sama kamu. Makanya, aku nggak mau ngelanjutin hubungan ini lagi. Lagian, dari awal aku pacaran sama kamu cuma buat iseng aja." Aura di sekujur Billy mendadak menggelap, sorot matanya terlihat sangat tajam dan cengkraman di bahu Nindy semakin kuat usai mendengar itu. "Apa kamu bilang? Iseng?" Dengan berani, Nindy mengangkat kepalanya dan berkata dengan tegas, "Iyaa. Dari awal, aku nggak serius sama kamu. Aku cuma kasihan sama kamu, makanya aku terima kamu waktu itu." Nindy mengerutkan wajah ketika merasakan cengkraman yang sangat kuat di bahunya. "Nindy, berani sekali kamu mainin perasaan aku." Suara Billy terdengar berat dan penuh penekanan, seperti sedang menahan sesuatu dalam dirinya agar tidak meledak. Nindy menunduk, kemudian menarik salah satu sudut bibir dengan ekspresi mengejek. Sebenarnya, siapa mempermainkan siapa? Dari awal, Billy yang sudah mempermainkan dirinya, menipunya mentah-mentah dan membuatnya seperti orang bodoh, hingga dia rela memberikan kesuci4nnya pada laki-laki itu. "Terserah kamu mau berpikir apa tentang aku," ucap Nindy dengan wajah acuh tak acuh. "Kalau nggak ada lagi yang mau kamu bicarain, aku permisi. Aku ada kelas sebentar lagi." Nindy menyingkirkan tangan Billy dari bahunya usai mengatakan itu. Namun, .... "Tunggu dulu." Billy menghentikan Nindy ketika melihatnya akan melangkah pergi. "Apa lagi?" Billy menatap Nindy dengan dingin, kemudian berkata, "Kamu beneran mau mengakhiri hubungan kita?" "Ya," jawab Nindy tegas. "Gimana kalau aku nggak mau putus sama kamu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN