Rani benar- benar menangis. Entah apa yang mendorong tangisannya itu luruh, namun airmatanya memang tak bisa dibendung begitu saja. Gadis itu akhirnya menangis dalam diam di jalan menuju halte bus. Dengan pandangan buram, selanjutnya ia melihat Nino yang melangkah menuju ke arahnya itu. Nino langsung memegang kedua belah bahu Rani dengan erat. Pemuda itu mencoba menenangkannya. "Hei, kenapa menangis?" tanya pemuda itu. Disekanya airmata di kedua belah pipi Rani dengan cepat. Selanjutnya ia menepuk- nepuk bahu Rani dengan tenang. "Udah, cup, cup, jangan nangis lagi. Aku ada di sini." Sebenarnya Rani bukan menangis karena sedih. Ia hanya bahagia sekarang. Gadis itu kelewat bahagia ketika melihat Nino yang sudah ia cari- cari sepanjang hari namun tak ia temukan. Dan ketika Rani sudah p