Ciuman itu sontak berhenti saat suara pria yang sangat Irgi kenali menyapa pendengarannya. Irgi menoleh, sementara April menenggelamkan wajah di ceruk leher Irgi, Sepasang tangan yang sebelumnya melingkar di leher Irgi pun turun ke dadanya, mencengkeram kencang tepi kemeja. “Kalau ketauan Bang Rasyid udah dinikahin kalian, habis digebukin dulu tapi!” Irgi mengangguk lemah. “Maaf, Om,” lirihnya pada Liang. “Boo, ayo berdiri,” ujarnya kemudian pada April. April beranjak dari pangkuan Irgi. Kemudian, keduanya berdiri bersisian. “Ayo kembali ke hotel! Mengendap-ngendap begini kita bisa dikira maling.” April melangkah lebih dulu, kembali ke halaman belakang rumah Rezi dari celah pagar, disusul Irgi. Sementara Liang justru terkesima dengan pemandangan di hadapannya. Pembatas itu memang hany