Dea benar-benar melaksanakan ucapannya dan mengenakan bikini saat berenang di kolam renang yang berlatar belakang laut di lantai atas coutage. Dia sama sekali tidak malu ataupun risih saat Rama duduk santai di kursi malas yang bertebaran di sekitar kolam dan menontoninya berenang. Justru Dea sengaja berpose-pose seksi untuk membuat Rama mengambil kembali ucapannya. Dea sudah lelah dihina ceking, dan tidak seksi oleh Rama. Biar bagaimanapun dia tetaplah wanita yang ingin dipuji. Walaupun kenyataannya Dea memang sedikit ceking.
Dea kembali ke kamar setelah membungkus tubuhnya dengan baju handuk untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Dan Dea tidak sadar kalau Rama mengekorinya sampai dia masuk ke kamar. Setelah memastikan pintu dikunci, Dea masuk ke bilik shower setelah menanggalkan semua bikininya. Dea tidak berniat berlama-lama karena dia sudah kelaparan, jadi setelah memastikan tubuhnya bersih Dea segera keluar dari bilik dan tercengang saat mendapati Rama sedang duduk diatas closet yang tertutup sambil memegang handuk yang tadi Dea letakkan di cantelan handuk. Dan dia tersenyum miring.
"Lo sexy juga kalo lagi mandi." Rasanya ada air es yang mengguyur tubuh Dea hingga wanita itu membeku ditempatnya berdiri. Ya, berdiri dengan keadaan polos tanpa sehelai benang di depan lelaki yang meskipun berstatus sebagai suaminya tetapi menjadi lelaki yang ada di daftar terakhir lelaki yang akan melihatnya telanjang.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
***
Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam saat Rama keluar dari kamar mandi dengan baju tidur—kaos oblong hitam dan celana kolor pendek—dan handuk tergantung dibahunya. Lelaki itu meringis saat tidak sengaja menyentuh lebam di wajahnya hasil tinjuan Dea saat insiden kamar mandi terjadi. Rama tidak bisa lagi mengabaikan kekuatan istrinya itu yang cukup kuat untuk ukuran seorang perempuan dan Rama harus berhati-hati untuk tidak membuat Dea mengamuk dan melayangkan tinjunya seperti saat ini.
"Apa lo liat-liat?!" seru Dea saat Rama menatapinya yang sudah mengenakan baju tidur dan sudah bersiap tidur.
Baju tidur yang Dea kenakan saat ini mirip dengan yang Rama kenakan. Setelah kejadian di kamar mandi, Dea membatalkan melanjutkan misinya untuk menggoda Rama. Tidak saat lelaki itu sudah melihatnya telanjang bulat. Ugh, rasanya Dea ingin menenggelamkan dirinya di laut saja jika harus mengingat kejadian barusan. Bagaimana bisa dia membiarkan Rama melihatnya tanpa sehelai benangpun?
"Ngapain lo pake baju gue disaat koper lo udah dijejalin oleh berbagai lingerie seksi."
"Emangnya gue gila apa mau pake gituan di depan cowok m***m kayak lo?" tanya Dea sinis.
Rama tertawa sambil melempar handuknya sembarangan. "Kenapa? Gue bahkan udah ngeliat lo tanpa selembar benang, Ya. Gue suka deh waktu lo lagi ngegosok badan lo pake sabun..."
Dea melotot dan melempar bantal dan gulingnya ke arah Rama. "mulut sama otak lo tuh ya, sama aja kotornya!"
Rama bersiul sambil memungut bantal dan guling dari lantai lalu membawanya mendekat ke arah Dea. "mau ngapain lo?" tanya Dea saat Rama akan merebahkan dirinya disampingnya. "Lo kira gue sudi tidur sama lo, apa?" tanya Dea galak.
"Bukannya lo bilang tadi siang lo mau ngegoda gue dan bikin gue ngakuin kalau lo itu seksi? Gue udah ngakuin lho tadi dan lo berhasil menggoda gue, jadi lo harus tanggung jawab sekarang."
Dea berjengit mundur sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "LO GILA APA!"
Rama terbahak. Tentu saja dia bergurau. Kan sudah dibilang dia senang mengganggu Dea dan hal ini termasuk dari caranya untuk mengganggu Dea. "Mending gue tidur di kamar lain!" seru Dea sambil membawa bantalnya dan Rama langsung mencegahnya. "Gue punya kunci untuk seluruh pintu di rumah ini. Gue akan bener-bener nidurin lo kalau lo berani pindah ke kamar lain."
Dea refleks duduk lagi. Rama benar-benar memainkan perasaannya. Dea menggertakan giginya. "APA MAU LO SIH, RAM?!"
"Making love sama lo."
Dea memukul kepala Rama sebagai pelajaran karena ucapannya.
"Emangnya gue gila apa sampe mau making love sama lo?"
Rama lalu terkekeh lagi. "Gue berani bertaruh lo yang bakal mohon-mohon buat making love sama gue nanti, nyonya Adriansyah."
Dea menggeram mendengar sebutan Rama yang menegaskan statusnya sebagai istri cowok biadab itu. Tubuhnya sudah sangat lelah dan dia butuh tidur. Dia tidak mungkin akan berdebat terus dengan Rama dan dia juga terlalu takut kalau Rama benar-benar akan menidurinya jika dia pindah kamar, disisi lain Dea juga takut Rama tetap akan menidurinya kalau mereka juga sekamar.
Dea lalu menarik dua guling dan meletakkannya ditengah-tengah kasur untuk menjadi pembatas di antara dia dan Rama. Memang sangat kekanakan, tetapi Dea memastikan Rama tidak akan melewati batas yang dibuatnya.
"Lo tau gue bisa aja ngelempar guling ini kapan aja kan, Ya?" tanya Rama geli dengan tingkah Dea.
Namun Dea mendelik kearahnya dan berucap tajam. "Coba aja." Dea lalu merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sampai kelehernya. "Kalau lo ngelewatin garis ini, bakalan gue tendang burung lo sampe ke Saturnus, dasar c***l!"
Dan ancaman Dea cukup membuat Rama bukannya takut tapi justru terbahak. Ini cewek bener-bener lebih dari sekedar ajaib.