Tiga

710 Kata
'Awal bertemu denganmu, hanya terjadi kekacauan. Entahlah selanjutnya,' [Awal perjodohan] Maura menuruni anak tangga dengan lincah. Sekarang ia sudah mengenakan rok levis selutut yang terlihat tersobek-sobek modelnya, tapi tak benar-benar memperlihatkan paha mulusnya, dan juga baju putih polos ditemani tas manisnya yang berbahan sama persis dengan rok nya tengah bergelayut manja di bahunya. Dengan tubuhnya yang body goals, Ia terlihat cantik dan modis walau hanya menggunakan pakaian sesimpel itu. Maura hendak pergi bermain bersama teman-temannya. Bukan tongkrongan abal-abal seperti di pinggir jalan atau di tempat makan biasa. Tempatnya Maura dan kawannya adalah Mall, Kelab atau Restoran mahal. Saat hendak memasuki kamar orang tuanya untuk meminta izin, Maura mendengar sesuatu yang janggal hingga ia menunda niatnya untuk masuk dan menguping di balik pintu. "Apa? Nikah? Jangan gila, Sa." Mata Maura membulat. Itu suara Kenzo, Papanya. What? Gue nikah? "Iya. Keputusan aku udah bulat, Zo. Maura harus kita jodohin sama anaknya Sean dan Nayla. Mereka udah setuju, kok. Waktu aku bicarain pas acara alumnian." Kekeuh Clarissa. Maura benar-benar tak habis pikir mendengar perbincangan gila ini. Enggak, enggak. Apa-apaan sih ini?! Saat Maura hendak membuka pintu, ia kembali menundanya lagi karna mendengar ujaran Kenzo yang membuatnya tersenyum senang. "Aku gak setuju. Maura masih ketergantungan sama kita banget, Sa. Dia selalu buat masalah. Kita belum bisa nikahin dia," Papa terbaik!, batin Maura bersorak girang. "Justru itu, Zo! Karna dia terus kekanakan di umurnya yang udah dewasa ini, kita harus nikahin dia. Kalau bukan sekarang kapan lagi? Udah waktunya, Zo." Kekeuh Clarissa yang lagi-lagi membuat Maura mendengus kesal. Gadis itu langsung membuka pintu dengan tidak santai, membuat Kenzo dan Clarissa terkejut melihat kedatangan Maura. "Maura gak mau nikah, Ma!" Pekik Maura menatap Clarissa. "Mama gak butuh keputusan kamu." Setelah berucap begitu, Clarissa pergi meninggalkan mereka. "Clarissa," panggil Kenzo yang tak di hiraukan oleh wanita paruh baya itu. "Mama, ih! Maura gak mau nikah!" Kesal Maura. Ia langsung melirik Kenzo. "Pa, Maura gak mau pokoknya." kekeuh Maura. "Nanti Papa akan coba ngomong sama Mama kamu," "Makasih, Papaaaaa!!" Maura langsung berhambur ke pelukan Kenzo. Pria paruh baya yang masih terlihat sangat tampan itu mengelus puncak kepala putri manjanya itu. ₩₩₩ "WHAT?! NIKAH?!" Kejut Farah dan Lala. Mereka tak bisa membayangkan bagaimana sang Queen Trouble Maker menikah. Sama sekali tak terbayang kalau gadis onar seperti Maura menjadi ibu rumah tangga. Mengurus dirinya saja tak mampu, bagaimana mengurus suami dan anaknya? "Pokoknya, gue akan cari cara supaya pernikahan ini batal. Gue gak rela. Gimana juga kalo gue di nikahin sama kakek-kakek kaya? Oh, atau sama cowok jelek yang jauh dari selera gue?! Ih, sumpah gak! Bisa frustasi gue!" Maura bergidik ngeri frustasi sendiri. "Gak mungkin bonyok alias bokap nyokap lo ngejodohin sama orang yang lo sebutin kayak tadi, Ra. Pertama, lo udah kaya, jadi buat apa cari kakek-kakek kaya. Kedua, nyokap lo aja bisa nemuin cowok seganteng Om Kenzo yang--" Farah menunjukkan wajah mupengnya mengingat betapa tampannya wajah dari ayah sahabatnya ini. "--ewh, luber pokoknya gantengnya! Pokoknya gak mungkin." "Iya juga, sih." Maura menghela nafasnya malas. "Tapi tetep aja gue gak mau nikah muda!" Pekik Maura. "22 udah pas, Ra! Gue malah mau nikah di umur 21, hiks. Tapi gak kesampean. Ya ampun, pengen deh nikah kayak lo." Gumam Lala yang membuat Maura jengkel. "Gue tampol mau?" Farah menaikan tangannya yang mengepal, membuat Lala langsung cengengesan. "Hehe, peace, Fa.." ₩₩₩ Seorang pria baru saja keluar dari kamarnya, tapi Nayla sudah menyapanya dengan sebuah nampan berisi roti bakar dengan selai coklat dan susu vanila. "Pagii, sayaang!" Pekik Nayla membuat pria bernama Farrel itu mendengus geli melihat Maminya yang selalu ceria ini. "Pagi juga, Mi." Farrel mencium pipi Nayla, membuat wanita paruh baya itu tersenyum lebar. "Kamu sarapan dulu, gih. Kita mau ke rumah Tante Clarissa sama Om Kenzo, loh! Kamu udah lama keluar negri, jadi harus nyapa mereka, okay? soalnya ada yang mau kita omongin juga, hehe. Penting banget loh sayang, buruan siap-siap!" Ujar Nayla terlihat semangat sekali. Farrel tahu ada yang tidak beres. Wanita itu langsung mendorong Farrel masuk kamar kembali untuk sarapan. Di lihat dari handuk basah yang melekat di leher putranya yang tampan itu, Farrel pasti sudah mandi. Nayla terkekeh melihat anaknya yang sangat manis itu. "Yes, mau punya mantu, hihi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN