Tubuh Lyla bergetar hebat, keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Ia tersandar di dinding dengan wajah pucat, matanya membesar saat Brian semakin mendekat. Nafasnya tercekat, apalagi ketika tangan pria itu hampir menyentuh lehernya seolah siap mencekik kapan saja. “T-tolong…jangan lakukan itu padaku,” bisik Lyla terbata, suaranya parau penuh ketakutan. “Katakan saja…apa yang Devan mau dariku?” Senyum Brian melebar, tapi senyum itu bukanlah senyum ramah. Ada sesuatu yang mengerikan, dingin, dan penuh ancaman dalam lengkung bibirnya. Sorot matanya tajam, seperti menelanjangi jiwa Lyla. “Kamu lupa? Nggak ingat sesuatu yang sangat penting?” suaranya berdesis, mengiris ketenangan. Lyla terengah, mencoba berpikir di tengah rasa panik. Ingatan-ingatan berseliweran di kepalanya. Janji? Anc

