“Maksud kamu apa, Dev?” suara Rhea bergetar, penuh luka. Air matanya sudah membasahi pipi, namun tatapannya justru tajam, menuntut kejujuran. “Bagaimana mungkin Lyla menipumu? Bukankah kamu sering pergi dengannya? Bukankah kamu tidur di rumahnya, menemaninya? Bahkan kamu ada di sisinya saat dia melahirkan! Lalu sekarang kamu bilang semua itu jebakan? Aku…aku tidak bisa percaya, Dev!”
Rhea menunduk, tangannya bergetar, hatinya semakin teriris. Semua kenangan pahit, malam-malam saat ia sendirian di rumah sementara Devan entah di mana, kini berputar di kepalanya.
Devan buru-buru mendekat, mencoba menggenggam tangan istrinya. “Aku melakukan itu semua dengan terpaksa, Rhea. Aku terikat oleh situasi. Semua itu bukan karena cinta atau rasa lain. Aku hanya merasa ada tanggung jawab, meski sebena
