Devan menoleh sejenak ke arah kamar mandi, matanya menatap tajam ke pintu yang tertutup rapat. Suara guyuran air dari shower masih terdengar jelas, menyatu dengan detak gugup di dalam dadanya. Ia mencoba menganalisis kemungkinan. “Kalau ponsel terkunci, kenapa tadi bisa menyala sendiri? Apa mungkin...Rhea sempat buka?” Namun belum sempat pikirannya menyelesaikan dugaan, pintu kamar mandi terbuka. Rhea muncul, rambutnya basah dan wajahnya segar, namun tatapannya seperti biasa—tenang dan penuh senyum. Devan menatapnya beberapa detik, mencoba membaca gerak-geriknya, tapi tidak menemukan apa-apa yang mencurigakan. “Ada apa?” tanya Rhea sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Devan sedikit gugup. Bahunya menegang sesaat, tapi ia buru-buru tersenyum dan menggeleng pelan. “Nggak. Cuma mi