Kecewa, tentu saja. Itulah yang dirasakan Bryan kini saat mengetahui bahwa putrinya sudah digauli oleh orang lain. Masih terekam jelas dalam ingatan Bryan betapa frustasinya ia ketika dulu Daniella sempat diculik oleh ayah kandungnya, serta segala pengorbanan yang dikerahkan Bryan untuk anak tirinya itu. Tapi nyatanya? Sesuatu yang benar – benar diperjuangkan oleh Bryan akhirnya terampas sudah oleh orang lain. Bahkan putrinya sendiri tak mengenal siapa pria itu. Bryan sangat ingin menuntaskan segala amarah yang berkecambuk di pikirannya, tapi kepada siapa? Sedangkan Daniella sendiri seolah tak mau mendengarkannya lagi. Lebih tepatnya Bryan tak mau lagi berurusan dengan Daniella.
“Bryan, kamu kok sendirian? Mana Ella? Sepertinya tadi aku mendengar suaranya pulang.” Felicia bertanya dengan curiga kearah Bryan yang berjalan menuju ruang makan, sedangkan Felicia sendiri Nampak sedang menata sarapan untuk keluarga kecil mereka.
Bryan tak menjawab pertanyaan istrinya itu, ia memilih duduk disalah satu kursi yang berada di ruang makan sambil menyesap kopi hitam yang sudah disiapkan istrinya.
“Bry?” Felicia menghampiri Bryan yang sedang terduduk lesu di kursinya, ia juga ikut duduk disamping Bryan untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi terhadap Bryan, suaminya.
“Apa aku salah mengatur segala hal tentang Daniella? Apa aku juga salah karena terlalu mengekang dia? Dia sekarang adalah seorang gadis bukan anak kecil lagi. Wajar jika aku khawatir terhadap segala hal yang berhubungan dengan dia kan?” Bryan bergumam kecil tentang sikapnya yang terlalu overprotektif terhadap putrinya. Ucapannya itu tak ditujukannya kepada Felicia, melainkan ke dirinya sendiri.
Tapi sayangnya, jarak Felicia yang dekat dengannya dapat mendengar gumaman yang dilontarkan Bryan terhadap dirinya sendiri itu. Dan reaksi Felicia? Ia hanya terdiam karena sejujurnya ia tak tahu apa yang sudah terjadi terhadap putrinya saat ini. Dia lebih memilih mengelus punggung Bryan guna menenangkannya agar tidak terlalu emosi atas apa yang sudah Daniella perbuat.
“Ada apa Bry?” Akhirnya Felicia memberanikan diri untuk bertanya perihal apa yang sedang terjadi terhadap suaminya itu dengan anaknya.
Bryan menolehkan kepalanya kearah Felicia kemudian memeluknya untuk menyalurkan amarahnya terhadap Daniella. Menghela napas panjang, Bryan akhirnya menguraikan pelukannya dan menatap manik mata Felicia, “Ayah sayang Ella Bun.”
Pernyataan Bryan dibalas Felicia dengan anggukan sambil berbisik, “Bunda tahu.”
‘Mungkin Bryan tidak bisa menjelaskannya, biar nanti kutanya Ella.”
Kembali suami istri itu berpelukan, tanpa memedulikan sekitarnya. Menjadikan dunia seakan milik berdua. Yang lain? Ngontrak!
Sementara disisi ruangan yang lain, terdengar isakan tangis yang terdengar sedikit tertahan. Tentu saja isakan itu berasal dari Daniella yang kini menyesali perbuatannya Karena tidak mendengarkan nasehat ayahnya untuk tidak datang ke pesta topeng yang menurutnya berbahaya bagi seorang gadis sepertinya. Dan pada akhirnya ketakutan sang ayah terjadi juga, Daniella tak lagi pantas disebut seorang gadis karena mahkotanya dengan gampangnya telah direnggut oleh orang lain. Ia juga menyesali kelakuannya yang tak lebih mirip dengan w************n diluaran sana. Daniella kembali mengingat pesan genit yang ditinggalkannya pada pria semalam yang mampu memperparah penyesalannya akibat kelakuannya sendiri.
Sejujurnya, Daniella bukanlah tipe perempuan yang dengan suka rela menyerahkan dirinya sendiri kepada orang lain. Tapi akibat jebakan semalam, membuat ia terlihat seperti w************n. Karena rasa gengsi yang tinggi, membuat Daniella melakukan itu semua. Bahkan ia harus menguras habis isi tabungannya hanya untuk membayar pria semalam. Siapa yang tahu ketika dirinya semalam sedang mabuk, tanpa sadar ia tak sengaja memesan seorang gigolo yang kebetulan ada di dalam pesta. Kembali lagi kepada rasa gengsinya yang tinggi, jika ia mengaku bahwa ia masih perawan itu akan memalukannya. Terlebih pria itu terlihat sudah berpengalaman melakukan hal tidak senonoh seperti yang dilakukannya bersama Daniella.
Isakan Daniella perlahan mereda saat tiba – tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. “Daniella sayang?”
Suara itu adalah milik bundanya, Felicia. Sepertinya ia sudah mendengar tentang apa yang sedang terjadi terhadap dirinya dari Bryan. Atau mungkin belum? Jika benar bundanya belum mendengar apa yang terjadi, Daniella kemungkinan tidak akan sanggup menjelaskan apapun.
“Ella lagi mandi bun.” Daniella segera berlari kearah kamar mandi karena menyadari pakaiannya masih berupa kemeja kedodoran milik pria semalam, sedangkan bajunya sendiri sudah dia buang. Untuk ganti rugi gaun Riska bisa ia pikirkan nanti. Yang terpenting saat ini, jangan sampai bundanya tahu penampilannya yang berantakan.
“Bunda tunggu dibawah yah.”
Selepas mengatakan itu, Daniella tak mendengar lagi suara sang bunda. Ia dapat bernapas lega sambil menatap refleksi dirinya di depan cermin kamar mandi. Meskipun pria semalam tidak meninggalkan bekas apapun di lehernya, namun tetap saja lingkaran hitam disekitaran mata Daniella menandakan bahwa ia semalam tidak tidur dengan nyenyak karena aktivitas yang menguras tenaganya. Namun Daniella tidak bisa turun menemui bundanya dengan penampilan berantakan seperti ini, dia harus memikirkan cara untuk menyamarkan lingkaran hitam pada matanya.
Akhirnya setelah membersihkan seluruh badannya, Daniella berjalan keluar dari kamar mandi menuju meja rias yang berada di kamarnya. Ia mengambil foundation sewarna kullitnya lalu mulai memoleskannya ke muka dengan gerakan pelan, sambil berusaha menyamarkan warna hitam sekitaran matanya. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah make up yang lain. Tak butuh waktu lama bagi Daniella untuk merias dirinya, dia segera menjauh dari meja riasnya dan berjalan keluar kamar untuk menemui kedua orang tuanya yang sedang manunggunya di ruang makan.
“Pagi bunda,” Daniella menyapa bundanya yang tengah menyendokkan nasi ke piring Bryan. “Pagi ayah.” Daniella menyapa Bryan dengan suara pelan, hampir persis sebuah bisikan.
“Akak… akak…” Saat Daniella ingin berjalan kearah kursinya tiba – tiba celana pendeknya ditarik – Tarik oleh adiknya, Alex dan Alexa. Adik kembar yang dillahirkan dari ibu yang sama, tetapi berbeda ayah.
“Iya Alex? Echa?” Echa adalah nama panggilan untuk Alexa agar tidak tertukar dengan kembarannya, Alex.
“Tadi bunda masak makanan kesukaan akak.” Suara imut Alexa memberitahu Daniella tentang apa yang sudah dimasak oleh bunda mereka.
“Benarkah?” Dengan senyum yang dipaksakan, Daniella menggendong Alexa dalam pelukannya sambil berjalan menuju kursinya yang terletak disebelah sang ayah, Bryan.
“Yakan Bunda?” Setelah Daniella duduk di kursinya dengan memangku Alexa, adeknya itu meminta persetujuan akan ucapannya tadi.
“Iya sayang, ayo makan dulu.” Felicia bergantian mengisi piring Alexa dan Alex, kemudian membantu Alex untuk duduk di kursi sebelahnya.
“Iya bunda.” Daniella dengan sedikit canggung mulai mengambil makanannya, sambil sesekali melirik kearah sang ayah yang sedang fokus dengan ponselnya. Sepertinya ayahnya itu sedang disibukkan dengan laporan karyawan yang bekerja di perusahaannya.
“Bunda, ayah berangkat dulu yah. Ada rapat sebentar lagi.” Bryan segera merapikan pakaiannya tanpa sempat menyentuh makanan yang tadi disiapkan Felicia. Ia segera menyambar tas kerjanya yang berada di punggung kursi dan bersiap pamitan kepada sang istri.
“Kamu belum sempat sarapan loh yah, apa perlu bunda bungkusin buat makan di kantor?” Felicia segera menghampiri bryan sambil membantu merapikan dasi yang dikenakannya.
“Udah siang bunda.” Bryan menengok kearah jam tangan yang berada di pergelangan tangan krinya, lalu kembali melihat kearah Felicia untuk memberiitahunya bahwa dia benar benar sudah telat.
“Bentar aja. Tunggu 5 menit aja kok.” Felicia segera berlari menuju dapur untuk mengambil kotak makan kosong, kemudian mengisinya dengan nasi dan lauk – pauk yang ada di atas meja makan.
“Sudah.” Felicia memasukan bekal makanan tadi kedalam tas kerja Bryan.
“Terima kasih sayang.” Bryan mengecup kening Felicia singkat, dilanjutkan dengan mengelus kepala kedua anak kembarnya. Dan yang terakhir Daniella, Bryan menatapnya sekilas tanpa sepatah katapun keluar untuk Daniella. Setelah itu, Bryan segera meninggalkan keluarganya untuk pergi ke kantor.
“Maafin Ella Yah…”
Daniella menunduk dalam, menatap makanannya yang juga tidak tersentuh sedikitpun. Tindakan Daniella tersebut, tak luput dari pengamatan Felicia yang merasakan ada yang salah antara anaknya dengan sang suami.
“Ada apa sebenarnya?”
To Be Continued…