Emily menatap semringah Zack yang langsung mempersilahkannya untuk duduk.
“Benar-benar sebuah kebanggaan.” Emily melipat kacamatanya kemudian memangku kedua tangannya.
Meja kaca yang tidak begitu tinggi menjadi pemisah kebersamaan mereka.
“Sayang ...?”
Zack bahkan belum sempat menawarkan secangkir teh yang baru saja disajikan oleh pelayannya, tapi Arina sudah datang dan membuatnya refleks beranjak.
Arina kenapa? Bukankah seharusnya dia tidak ke sini? batin Zack sedangkan di belakang Arina, pengawal Zack memasang wajah takut dan mengisyaratkan bahwa Arina memaksa masuk.
“Oh, kamu ada tamu?” Arina melangkah tergesa mendekati Zack kemudian menatap Emily.
“Wah ... Anda memiliki pasangan yang sangat sangat cantik!” Emily memuji sambil beranjak berdiri dan menyodorkan tangan kanannya kepa
