“Sayang.” “Tinggalkan, Asha, sendiri, Mas.” “Sha.” “Asha mau sendiri, Mas!” Aku meninggikan suaraku, bukannya pergi Mas Dion malah memelukku. “Sha, Mas juga merasakan apa yang kamu rasakan. Mas juga merasakan kehilangan, tapi Mas tidak mau sendiri. Mas butuh kamu, Sha, begitu juga sebaliknya dengan kamu. Mari kuat bersama, Sayang.” Mas Dion ini, terbuat dari apa hatinya? Padahal aku sudah mengabaikannya, meninggikan suaraku, bahkan aku juga sengaja membentaknya. “Asha nggak sekuat itu, Mas.” Aku menangis sendu dalam pelukannya. “Luapkan semuanya, Sha. Sedihmu, kesal dan marahmu, tapi jangan minta Mas pergi. Mas tidak mau! Mas, mau menemani kamu. Kamu tidak sendiri, Sha.” Mas Dion mengecup puncak kepalaku berkali-kali. Apa yang kurang dalam hidupku? Hampir tidak ada, dicintai sebe

