Bab 9 : Bertemu Kembali

1178 Kata
Luna berlari menuju ketempat yang lebih ramai, tapi tanpa sengaja dia malah menabrak Venti yang terlihat sedang berbincang serius dengan seseorang "Maafkan aku." Ucap Luna "Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat seperti dikejar oleh hantu saja." Tanya Venti "Ada ... ada orang mesum." Guman Luna "Apa???" Ucap lelaki tua yang sedang berbincang dengan Venti, wajah lelaki tua itu terlihat kesal dan marah saat Luna mengatakan ada "orang m***m" "Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Venti meminta penjelasan Luna menceritakan semua yang terjadi tentang dirinya yang sedang duduk sendiri dan berakhir di ganggu oleh lelaki mesum "Apa dia menyakitimu." Tanya Venti khawatir. Luna hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Venti "Penjaga!!!!"teriak lelaki tua menggelegar hingga membuat Luna dan Venti kaget "Cepat cari orang m***m itu, berani-beraninya dia berbuat tidak senonoh di acaraku." Ucap lelaki tua bertongkat itu atau orang-orang biasa memanggilnya Tuan Gavin. "Maafkan aku Nona aku tidak becus menyiapkan segalanya hingga kau harus mengalami hal yang tidak mengenakan."ucap lelaki tua itu "Tidak Tuan , saya yang merasa tidak enak karena sudah mengacaukan acara anda." Ucap Luna dengan perasaan bersalah ia dapat melihat wajah kesal yang lelaki itu tunjukan dan ia tau bahwa lelaki tua ini bukan orang sembarang. "Ada apa Tuan." Ucap seorang lelaki muda dengan pakaian hitam yang langsung menghampiri Gavin "Pergi ... dan cari "orang m***m" yang Nona itu maksud, bagaimana bisa kalian sampai lengah hingga ada orang tidak tau malu masuk." Bentak Gavin pada lelaki yang hanya menunduk tanpa bergeming itu "Cepat ... jangan kembali sebelum kau dapatkan orang yang sudah mengacaukan acara ku." Ucap Gavin dengan nada tak terbantahkan "Baik Tuan saya akan melaksanakan nya." Lelaki itu langsung pergi dengan membawa beberapa orang pengawal lain bersamanya, Luciano berjalan sambil tertatih rasa sakit di bawah sana masih sedikit terasa, sepertinya wanita itu menendangnya dengan sekuat tenaga "Aku harus ke dokter ... aku harus memeriksakan keadaan adik kecilku." Guman Luciano, Drap..drap..drap Suara langkah kaki menderu kearah Luciano sebelum akhirny berhenti di depan lelaki itu "Ada apa?" Tanya Luciano "Kami sedang mencari seseorang?" "Siapa yang kau cari?" Tanya Luciano "Seorang pengganggu." Ucap lelaki berpakaian hitam itu "Pengganggu."guman Luciano bingung sepertinya dari tadi tidak ada orang lain selain dia dan wanita itu di sini "Tidak ada siapapun di sini."ucap Luciano "Kami tetap harus mencarinya atau Tuan Gavin akan marah besar," ucap orang itu "Kenapa harus marah? Memangnya ada apa?." "Ada seorang pengganggu m***m yang melecehkan seorang tamu wanita karena itu Tuan Gavin marah besar dia menyuruh kami menangkap lelaki m***m itu." Jelas Ercole yang berstatus kepala Pengawal Gavin "Apa? Pengganggu m***m?" Luciano memijat pelipisnya pelan. Apa lagi kali ini, wanita itu memang benar-benar hebat sampai menyebut Luciano pengganggu mesum "Ada apa Tuan, anda sakit." Tanya Ercole "Aku baik-baik saja, kalian pergilah tidak ada pengganggu m***m disini." Ucap Luciano "Tidak Tuan kami harus periksa dulu." Jawab Ercole "Tidak ada pergilah." Sahut Luciano "Maaf Tuan saya tidak bisa saya sudah di perintahkan Tuan Gavin." Jawab Ercole kekeh Luciano mendengus melihat keras kepada temannya ini. Terlalu berdedikasi dan setia membuat Ercole menjadi sulit di ajak kompromi "Pergilah Ercole." Bentak Luciano "Tidak." Jawab Ercole tegas Luciano mendekat lalu menarik tubuh Ercole kearahnya. "Itu aku." Bisik Luciano pada Ercole Ercole mendelik menatap wajah teman sekaligus majikannya itu "Maksudmu?" "Pengganggu m***m yang wanita dan ayahku maksudkan itu adalah aku." Jelas Luciano Ercole menatap tak percaya pada Luciano, lelaki bertato itu menggeleng Tidak habis pikir sebenarnya apa yang Luciano lakukan hingga sampai membuat masalah seperti ini "Kau dalam masalah." Ucap Ercole sebelum membawa pengawal lain pergi meninggalkan tempat itu. ****** Luna menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat wanita itu sengaja agar bisa pulang lebih awal jujur kejadian seminggu yang lalu masih membuatnya trauma maka dari itu dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan pulang lebih awal "Luna ada yang mencarimu." Seru Mike Luna mengerutkan keningnya ."Siapa?" Jawabannya heran. "Entahlah seorang lelaki." Jawab Mike Luna menggigit bibirnya sambil berpikir siapa lelaki yang mencarinya itu, tidak pernah ada siapapun yang mencari dia sebelumnya lalu mengapa tiba-tiba ada yang mencarinya sekarang "Jangan-jangan lelaki itu."guman Luna pelan "Hei Luna, mau kau temui atau tidak." Tanya Mike "Biar aku temui." Jawab Luna Luna melangkah menuju lobby kantor sesampainya di sana Mata Luna tertuju pada lelaki yang sedang berdiri membelakanginya dan saat itu jantung Luna berdebar kencang tanpa ia pahami kenapa "Siapa?" Guman Luna ragu. Lelaki itu berbalik menampilkan wajah kaku dan gugup sama dengan ekspresi yang Luna perlihatkan. "H-hai, bagaimana kabarmu ... Luna." ucap lelaki itu sambil tersenyum kikuk. Tubuh Luna membatu seakan terasa berat hanya untuk sekedar melangkah maju atau mundur, "K-kak Hyu." ucap Luna terbata tanpa sadar air mata wanita itu menetes begitu saja saat akhirnya setelah mereka bertemu kembali. Sedangkan Hyu langsung memeluk Luna saat itu juga. "Akhirnya ... kita bisa bertemu lagi." Ucap Hyu lirih Tidak ada lagi yang lelaki itu pikirkan saat ini hati dan pikirannya hanya berfokus pada wanita yang menangis dalam pelukannya itu. Bahkan Hyu lupa apa alasan sebenarnya yang membawa dirinya kesini. Hyu melepaskan pelukan itu lalu tangan lelaki itu terulur lembut mengusap air mata yang membasahi pipi Luna, tatapan Luna dan Hyu tidak bergeming seolah mereka terkunci dalam sorot mata masing-masing. "Kakak terlihat kurus." ucap Luna begitu saja saat ia melihat jelas perubahan wajah Hyu, dengan tangan yang tanpa sadar membelai lembut rahang lelaki itu Hyu mengangguk. "untung aku hanya kehilangan semangat makanku, bukan semangat hidup." Jawab lelaki itu dengan sorot mata yang mulai berkaca Luna berusaha tertawa dengan lelucon yang Hyu buat. Namun, rasa bersalah di hati wanita itu tidak henti-hentinya membuat dia meneteskan air mata "Jika kau mau menangis maka menangislah, jangan mencoba berpura-pura tertawa." Hyu menangkup kedua pipi Luna dan menyatukan kening mereka Deru nafas mereka beradu sesuatu yang membuat mereka sesak seakan sirna dan terangkat begitu saja. "Sepertinya setelah ini aku tidak akan bisa membiarkan kau pergi lagi," guman Hyu Luna mendorong Hyu pelan saat dia merasa semestinya mereka tidak bersikap seperti tadi "Seperti yang aku katakan ... kita harusnya tidak seperti ini,.." "Aku tidak peduli!! setelah bertemu denganmu lagi aku sadar, persetan dengan batasan atau semuanya ... selagi tidak ada yang tahu kita bisa saling mencinta sepuasnya." Sahut Hyu dengan tatapan yang sulit di artikan Luna menggeleng dan mengambil satu langkah mundur. "Tidak ... bagaimana bisa begitu." Hyu menarik Luna mendekat, tatapan mata lelaki itu tepat pada manik indah Luna yang memantulkan bayangan nya "Kalau begitu jawab aku, apa kau sudah melupakan aku dan semua tentang kita." Tanya lelaki itu penuh penekanan Pandangan dan tubuh Luna terkunci lidah wanita itu terasa kelu saat Hyu menatapnya begitu tajam, tatapan yang biasanya teduh dan lembut kini berubah menuntut juga putus asa di yang saat bersamaan Hyu mendekat kan bibirnya perlahan-lahan mengikis jarak dan oksigen bagi Luna, sorot mata lelaki itu tetap fokus menatap setiap detail emosi dan eskpresi yang adiknya itu siratkan. Luna mengepalkan tangannya sikap Hyu benar-benar membuatnya kaku, otak dan hati seakan berperang dalam keadaannya yang hampir hilang kesadaran. Dengarkan aku! Tidak dengarkan aku!! Begitulah kira seru hati dan pikiran seolah meminta wanita itu memilih salah satu diantaranya "Jawab aku Luna." Luna memejamkan matanya sebelum akhirnya menjawab rasa penasaran lelaki itu. "Aku sudah melupakan semuanya." Jawab Luna bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN