“Siapa dia?” Pandangan Elin beralih pada Daniel saat pertanyaan itu keluar dari mulut sang papi. “Pria itu sepertinya menunggu kita. Ah… bukan kita, tapi… kamu? Papi tidak mengenal wajahnya. Kamu kenal dia?” “D-dia… Klien, Pi.” Dahi Daniel mengernyit dalam. “Klien? Untuk apa malam-malam ke rumah? Apa sebelumnya dia menghubungimu? Jangan bilang dia itu penguntit seperti—” “Dia bukan seperti itu, Pi,” sela Elin saat sang papi ingin mengingatkan tentang mantan klien yang menguntitnya satu tahun yang lalu karena tertarik pada Elin. “Jadi?” “Dia… hanya Klien… biasa,” balas Elin gugup bercampur ragu. Namun, sebisa mungkin Elin berusaha bersikap tenang. Klien biasa? Ya, sebelumnya Raja hanyalah klien baginya. Tapi kedekatan mereka beberapa waktu ini sudah mengubah semua. “Elin temui dia

