Gio tidak menyangka jika sahabat sekaligus sekretarisnya akan menyusul ke Solo. Tampangnya yang menyebalkan kini tengah cengengesan di depannya dan rasanya dia ingin memukul wajah menyebalkan itu. Sayang sekali Gio tak bisa melakukannya karena dia berhutang budi banyak pada Restu. Jika, Restu tak mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Siva mungkin gadisnya tidak akan selamat dari kekejaman Teddy. Harusnya sore ini Gio menikmati bakso hanya berdua dengan sang kekasih. Bukan bertiga bersama si pengganggu. Namun, kenyataannya perjaka tua yang kini duduk di kursi belakang tengah menyantap bakso dengan lahap. “Boleh tambah lagi apa tidak Siva?” tanya Restu setelah menghabiskan semangkuk bakso urat. “Boleh tapi ijin dulu sama Om Gio,” jawab gadis cantik sembari menoleh ke belakang. “Kenap

