“Tunggu, coba ulangi perkataanmu. Kamu bersedia menjadi teman tidur saya asalkan dibayar seratus juta?” tanya Arsen masih antara percaya dan tidak percaya.
Jujur saja Arsen tidak habis pikir, wanita yang belakangan ini mencuri perhatian dan hatinya, wanita yang berusaha mati-matian Arsen cari, tiba-tiba muncul di hadapannya lalu menawarkan diri menjadi teman tidurnya.
“Ya, aku serius, Mas.”
“Tapi kenapa? Setahu saya, kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan di Cozy, kamu hanya bekerja sebagai pelayan minuman, bukan pelayan nafsu pria di ranjang.”
Tentu Arsen tidak bisa memahami situasi ini. Bukannya apa-apa, ia menganggap Fadia berbeda dengan wanita-wanita lainnya yang juga mengadu nasib di tempat hiburan malam bernama Cozy. Tempat hiburan malam favorit Arsen yang hampir setiap malam pria itu datangi.
Di sanalah Arsen pertama kalinya bertemu Fadia dan jatuh cinta pada wanita itu. Beberapa kali Arsen mencoba ‘membeli’ Fadia, tapi tidak bisa karena wanita itu bukan bekerja sebagai penghibur, melainkan sekadar pelayan minuman. Namun, apa kabar dengan malam ini?
“Kamu tidak sedang bercanda, bukan?”
“Aku serius, Mas.”
“Tunggu, kamu sedang frustrasi sampai-sampai rela melakukan ini?”
“Kalau aku nggak frustrasi, aku nggak akan mengambil jalan ini,” jawab Fadia.
“Memangnya apa yang membuatmu mengambil jalan ini?”
“Bukankah udah jelas? Tentu karena uang,” balas Fadia.
“Baiklah, sekarang saya beri kesempatan terakhir untuk kamu berubah pikiran. Jika kamu masih ingin meneruskan ini … saya tidak akan mundur sedikit pun. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka untuk menghabiskan malam bersamamu.”
“Aku nggak akan berubah pikiran,” tegas Fadia.
Setelah Fadia mengatakan itu, Arsen maju dan bibirnya segera menyerbu bibir Fadia. Ia memang sempat membayangkan bisa mencium wanita itu dan tidak menyangka saat ini benar-benar bisa melakukannya.
Arsen mencium Fadia dengan menggebu-gebu. Sampai kemudian Fadia berusaha melepaskan diri.
“Kenapa menghindar?” tanya Arsen kemudian.
“Penuhi kewajiban kamu dulu, Mas. Barulah setelah itu aku bisa memberikan yang menjadi hak Mas Arsen,” ucap Fadia.
“Sial, saya pikir ada apa.”
“Ini nomor rekeningnya.” Fadia menunjukkan kertas yang memang sengaja dipersiapkannya sebelum nekat menemui Arsen.
Tanpa banyak bicara, Arsen mengambil alih kertas itu dan segera mengambil ponselnya lalu mengetikkan beberapa angka di aplikasi m-banking miliknya. Tidak sampai lima menit, dana berhasil ditransfer ke rekening Fadia bahkan dua kali lipat dari yang wanita itu minta.
“Mulai sekarang kamu adalah milik saya,” tegas Arsen setelah melemparkan ponselnya secara asal ke sofa.
“Lebih tepatnya hanya malam ini,” sanggah Fadia.
“Saya pastikan setelah malam ini … kamu akan tergila-gila pada saya,” ucap Arsen. “Jadi, tolong jangan menghilang lagi.”
“Mari kita lakukan sekarang, Mas.”
“Sial. Rupanya kamu sudah tidak sabar ingin memulai aktivitas panas yang sepertinya tidak akan mudah kamu lupakan ini….” Setelah itu, Arsen kembali mencium Fadia sambil menggiring wanita itu ke kamarnya tanpa melepaskan ciuman mereka.
Arsen bahkan tanpa ragu melucuti pakaian yang Fadia kenakan sampai tidak mengenakan apa pun lagi. Dan yang terjadi selanjutnya … mereka benar-benar melakukannya. Melakukan aktivitas panas yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan suami-istri.
Mengetahui dirinya menjadi ‘yang pertama’ bagi Fadia, tentu saja Arsen semakin tergila-gila pada wanita itu. Arsen bahkan mulai kepikiran untuk mencari cara agar Fadia bersedia menjadi istrinya.
Namun, alih-alih menjadi istrinya, keesokan harinya Fadia malah sudah meninggalkan apartemen Arsen. Padahal Arsen yakin tadi pagi dirinya masih memeluk hangat wanita itu. Mungkin saking terlalu nyaman, Arsen jadi tertidur semakin nyenyak sehingga tidak menyadari Fadia sudah menghilang. Menghilang dan tidak pernah kembali lagi.
Padahal sudah dua tahun berlalu, tapi Arsen masih sesekali membayangkan Fadia muncul lagi di hadapannya seperti malam itu. Sayangnya, jangankan muncul di hadapannya, Arsen yang berusaha mati-matian mencarinya saja tidak membuahkan hasil sampai detik ini.
Ya, selama dua tahun Arsen mencari Fadia. Pada tahun pertama mungkin Arsen cukup gencar mencari, tapi mulai masuk tahun kedua ... Arsen sudah tidak se-gencar tahun pertama. Meskipun masih berharap bisa bertemu lagi dengan Fadia, tapi Arsen sudah berada di titik pasrah.
Sial, seharusnya malam itu saya mengikatmu agar tidak kabur!
Entah di mana sekarang Fadia berada, yang pasti perasaan yang Arsen rasakan padanya tetap sama. Ia masih menginginkan wanita itu. Arsen bahkan tidak akan ragu berlari ke arah Fadia jika tiba-tiba menemukan keberadaan wanita itu lagi.
Arsen secepatnya menggeleng. Untuk apa ia terus-terusan memikirkan Fadia? Sebaiknya ia fokus pada monitor di hadapannya. Selama beberapa saat Arsen tampak larut dengan pekerjaannya, sampai kemudian seseorang memanggilnya.
“Tuan Arsen.”
Arsen yang sedang fokus menatap layar laptopnya secara spontan langsung beralih menatap pria yang merupakan anak buahnya. Hedy.
Hedy adalah orang yang paling Arsen percaya untuk berada di sisinya sekaligus sebagai tangan kanan Arsen.
“Ya?”
"Tuan Arsen, perempuan yang Anda cari sudah kami temukan keberadaannya!”
Tunggu … Arsen tidak salah dengar, kan?
"Kamu serius?" Arsen berusaha untuk tidak terlalu senang dulu karena belum tentu wanita yang Hedy maksud adalah wanita yang selama ini dicari-cari olehnya.
"Saya serius, Tuan. Lokasinya ada di sebuah pedesaan. Rupanya selama dua tahun ini dia bersembunyi di sana."
Di saat Arsen yang sudah mulai pasrah begini, sekarang pria itu mendengar kabar bahwa Fadia berhasil ditemukan.
Dua tahun lalu, saat Arsen mulai tergila-gila pada Fadia, secara tiba-tiba wanita itu menghilang begitu saja. Arsen mungkin tidak akan peduli jika Fadia perginya tanpa mencuri sesuatu miliknya. Masalahnya adalah ... Fadia perginya sambil mencuri hatinya, itu sebabnya Arsen bertekad untuk menemukan wanita itu lagi.
Arsen harus memastikan sendiri apakah wanita yang Hedy maksud benar-benar Fadia. Wanita yang dengan begitu lancang telah mencuri hatinya dan membuatnya uring-uringan selama dua tahun ini.
"Bawa saya ke sana sekarang juga," perintah Arsen.