Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Warning Trigger : Please dewasa dulu, sebelum membaca bab ini. Sore itu, di ruang konsultasinya, Awan tampak terpekur dan menatap handphonenya sambil menghela nafas seakan ada beban berat dalam hatinya. Bertepatan dengan itu, Embun memasuki ruangan konsultasi Awan dan menatapnya dengan heran. Tidak biasanya wajah Awan berubah jadi gelap dan tidak ceria. “ Wan.. Kok tumben hari ini wajahmu jadi awan gelap seperti mau hujan. Nggak biasanya wajahmu gelap seperti ini? Apa yang terjadi Awanku?” Kata Embun sambil mendekati kursi Awan dan mencium pipinya. Awan menahan langkah Embun saat dia ingin berbalik dan mendudukkan Embun di pangkuannya, lalu dia memeluk Embun erat. “ Ada apa, Wan?” Tanya Embun sambil membelai-belai lembut rambut Awan. Awan masih diam “Ada keluargamu yang mengatai ten