"Kasa, jawab pertanyaanku! Apa benar, kamu yang sudah memberitahu Mas langit kalau aku ada di sini? Jujur sama aku. Karena tidak mungkin kalau oma yang memberitahu Mas langit." Jingga mengulangi pertanyaannya. "Jawab aku, Angkasa!" Nada bicaranya sedikit meninggi. Angkasa segera menoleh, dengan cengengesan yang menghiasi wajahnya. Ia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, lalu mengangguk perlahan, membuat mata Jingga terbelalak. "Kamu ini benar-benar keterlaluan, ya? Kamu tahu 'kan, aku pulang ke Surabaya untuk menyendiri dan menghindar dari Mas Langit. Tapi, kenapa kamu malah memberitahu dia? Kamu benar-benar tidak bisa dipercaya," cetus Jingga dengan kecewa. "Kakak ipar, aku minta maaf," ucap Angkasa lemah, namun ia tak menyesal karena memiliki niat baik. "Sayang, jangan m