Bagian 30 – Kepercayaan yang Hilang "Karena apa?" Gadis kecil ini benar-benar membuatku penasaran. Dia memang sangat imut dengan rambut pirang pucatnya, ditambah pipinya yang menggembung sempurna. Membuatku ingin mencubit pipi itu dan menyimpannya rapi di rumah. "Karena mendiang ayahku yang memberikan ini." nada suaranya berubah sedih, oh tidak, aku merasa bersalah. Deg! Ayah? Kalimat itu benar-benar menohok hatiku, ayahnya pasti sangat baik padanya. Aku? Ayahku masih hidup, namun aku sudah menganggapnya mati. Dia tidak pernah suka dengan kehadiranku, cih! Aku benci padanya. "Oh, begitu." aku beranjak berdiri dan melangkah pergi, aku tak mampu untuk terus berlama-lama disini. Aku bisa hancur. Tak! Aku terkejut ketika kakiku menyandung