Bagian 01 – Pria Es yang Sangat Mengganggu

1456 Kata
Bagian 01 – Pria Es yang Sangat Mengganggu Nyx agak melongo melihat papan nama sekolah-nya yang terpampang lebar di depannya saat ini, 'OLYMPUS ACADEMY' BRUK! *** Aku terjatuh setelah ditabrak seseorang karena terlalu fokus memperhatikan papan nama akademi. Ah, pinggangku sakit sekali. Ketika kutengadahkan wajahku ke atas, aku melihat seorang pria yang menatapku tajam, aku mengernyit bingung melihatnya. "Minggir." ucapnya dingin. Tch! Apa-apaan ini? Dia yang menabrak dan dia yang marah? Wah, kurasa dia terlalu banyak meminum racun tikus akhir-akhir ini. Kuambil satu langkah ke samping, memberinya ruang untuk lewat. Dan tebaklah sesuatu, dia berjalan tanpa meminta maaf padaku! Benar-benar! Es batu, kulkas berjalan, papan triplek! Setelah dia pergi, aku menghadap ke arah dia pergi dan mencakar-cakar udara, ugh! Aku geram pada sikapnya. "Kau tidak apa-apa kan Nyx?" tanya Aster khawatir. Dia juga ketakutan saat pria itu ada di sini. Memang, dia memiliki mata seperti ikan busuk. Ugh, mengesalkan. "Iya, aku baik-baik saja." jeda 2 detik. "Kau tahu siapa dia?" "Dia Ethan, putra pemilik akademi ini." Aster mencicit lirih, tentu saja dia tak berani melawan putra pemilik akademi atau kehidupannya di sini akan terganggu. Huh, aku sebaiknya juga menghindarinya jika tak ingin kembali ke rumah yang seperti neraka itu. "Tch! Pantas saja dia sombong." ucapku geram sambil mengerucutkan bibirku, hanya karena anak pemilik akademi jadi dia bebas menyuruh siapapun? Hah! "Sudahlah, jangan dipikirkan. Lebih baik kita lanjutkan jalan-jalan kita." Aster tersenyum dan mulai berjalan kembali, aku mengekorinya pada akhirnya. Tidak ada gunanya memikirkan pria itu lagi. Pesta penyambutan murid baru diadakan ketika malam hari, maka dari itu kami harus mengisi waktu luang yang panjang di sini. Eum, kurasa taman adalah tempat yang cocok untuk menunggu malam tiba.             * Aku duduk di atas ranjang sambil memangku daguku sendiri. Memang pesta tadi berlangsung dengan sangat meriah, namun aku tidak begitu menikmatinya. Aku masih kepikiran dengan pria aneh menyebalkan tadi siang. Memang wajahnya di atas rata-rata, namun itu tak sebanding dengan kesombongannya yang sangat tinggi. Huh, memikirkannya saja membuat tekanan darahku naik. Apalagi ketika dia menyampaikan pidato perwakilan murid baru, semua gadis bersorak untuknya. Dia gila hormat, mungkin. Aster keluar dari kamar mandi dan berjalan ke ranjang di sebelahku. Suatu kebetulan aku satu kamar dengan Aster. Aku mengetahuinya ketika melihat daftar asrama yang tertempel di papan pengumuman setelah pesta selesai. Yah, kebetulan yang menguntungkan. "Nyx." Aster memanggilku, aku menoleh ke pemilik suara. Gadis pirang itu nampak malu-malu untuk menyampaikan sesuatu. Aku menaikan salah satu alisku bingung. "Iya Aster?" "Aku um .. a-aku .. a .. nu .." Aster nampak gelagapan dalam menyelesaikan kalimatnya, wajahnya semakin memerah seiring dia berniat untuk mengatakannya. "Aku-anu apa Aster? Cepat katakan." desakku. "A-aku ingin bertanya, apa kau senang jadi sahabatku?!" dia berteriak malu, wajahnya menunduk dan tertutup oleh rambut pirang panjang miliknya. Aku tertawa di dalam hatiku. Dia manis sekali sih. Aku lalu meninju pelan lengannya dan tersenyum kecil. "Tentu saja, aku sangat senang," "dan terimakasih ya." lanjutku kecil. "Untuk apa?" dia menautkan kedua alisnya, wajahnya sudah terangkat dan terlihat penuh. "Karena sudah mau jadi temanku." aku menyengir lebar saat mengatakannya. Aster hanya membalas dengan senyuman manis dan menaikan kedua kakinya ke atas ranjang mungilnya. "Ayo kita tidur, besok kita akan mengikuti sesi penting. Kau akan mengetahui apa kekuatan dan darah dewa mana yang menurun padamu." ujar Aster panjang lebar, aku hanya tahu kalau aku mewarisi suatu kekuatan, namun tidak tahu apa itu. "Oh? Tentu saja. Ayo kita tidur." tidak butuh lima menit untuk tertidur sejak aku memejamkan mata.             * "Wicellia Jovian." dari barisan belakang, seorang gadis bersurai oranye maju ke depan dan masuk ke dalam ruangan yang sudah ditentukan. Keringat dingin terlihat membanjiri pelipisnya. Namun gayanya yang sok itu mampu menutupinya. Dia masuk ke dalam ruangan itu dengan kaki yang sedikit bergetar. Membuatku dan Aster terus terkikik geli. Pintu tertutup. Tidak sampai lima detik cahaya merah memenuhi ruangan itu. Gadis yang diperkirakan bernama Wicellia itu ke luar dan tersenyum congkak. "Apa kekuatanmu dan darah dewa mana yang menurun?" tanya penjaga ruangan. "Aku Wicellia Jovian yang terhormat. Kekuatanku adalah api dan darah yang menurun padaku adalah dewa agung Apollo." ucapnya bangga. Dia bahkan menunjukan senyuman kemenangan entah pada siapa, namun aku tahu bahwa Wicellia mencoba menarik perhatian Ethan yang acuh tak acuh. Wicellia lalu kembali ke barisan dan kembali duduk. Penjaga membuka daftar murid sambil menggumamkan sesuatu. "Asteria Derafuna." Aster meneguk ludahnya kasar. Kelihatannya dia nampak sangat gugup. Aku memegang pundaknya dan memberi tatapan semangat. Aster akhirnya maju ke depan dan masuk ke dalam ruangan. Lalu tak berapa lama kemudian tiba muncul cahaya putih yang sangat terang. Sekali lagi kubilang. Ini sangatlah terang hingga mataku terasa sangat sakit. Ketika terdengar suara pintu dibuka aku pun ikut membuka mataku. Di sana berdiri Aster dengan rambut kuningnya yang sedikit berantakan. Nampaknya dia sangat tertekan di dalam sana. "Apa kekuatanmu dan darah dewa mana yang menurun?" tanya penjaga ruangan lagi. "A-aku Asteria. Kekuatanku adalah cahaya bintang, darah yang menurun padaku adalah Dewi Pleiad." mataku membelalak, kekuatan bintang adalah salah satu dari kekuatan yang langka. Wah, aku benar-benar iri padanya. Aster lalu berjalan ke arah tempat duduknya kembali. Setelah ia duduk, aku menepuk pundaknya sambil melontarkan senyuman untuk menenangkannya. Melihat Aster seperti itu sedikit membuatku takut. "Ethan Gute Persephone." Tch, kenapa mesti cowok itu sih? Ethan berjalan dengan gaya dinginnya. Membuat para gadis berteriak histeris. Ya ya ya. Dasar pencari perhatian. Ethan lalu masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintunya. Tak berapa lama muncul cahaya biru tua dari dalam. Dia keluar, tanpa ekspresi sedikitpun. Namun para gadis tetap meneriakkan namanya. Ethan inilah, Ethan itulah. Aku hampir muntah mendengar semua pujian tentang pria yang ‘mungkin’ kubenci itu. "Apa kekuatanmu dan darah dewa mana yang menurun?" tanya penjaga itu seperti kaset rusak karena terus menanyakan hal yang sama. Aku sempat berpikir bahwa dia adalah NPC seperti di game yang sering kumainkan. Tapi mana mungkin, ha ha. "Aku Ethan. Kekuatanku petir, darah dewa yang menurun padaku adalah Zeus." "Cih. Apa-apaan dia itu? Dia tidak menambahkan kata 'dewa' dalam menyebut dewa Zeus. Dia pikir dia itu siapa? Semoga dewa Zeus mengutuknya jadi kodok bau." aku bergumam lirih namun masih terdengar hingga beberapa orang disebelahku. "Woah, keturunan Zeus rupanya." ucap penjaga itu nampak kagum. Tentu saja, dia hebat karena mendapat kekuatan satu dari tiga dewa besar. Ethan lalu kembali ke barisannya dan duduk. "Nyxabella Augreen." sekarang giliranku. Huft, jangan grogi kumohon. Aku maju ke depan dan masuk ke ruangan yang ditentukan. Sampai di dalam sini ternyata ruangan ini kosong, hanya ada warna putih disini. Aku mengedarkan pandanganku dan tetap tak menemukan apapun di sini. "Siapa namamu?" sebuah suara menginterupsiku tiba-tiba, aku bergidik ngeri saat mendengar suara tanpa asal tersebut. "N-Nyxabella Augreen." ucapku tegas berusaha untuk menghilangkan kegugupanku yang sangat kentara. "Nyx .. Dewi Malam dan Kegelapan." ucap suara itu lirih namun terasa menggema, entah kenapa tiba-tiba tubuhku mengeluarkan cahaya. Cahaya itu keluar sangat banyak hingga memenuhi ruangan. Aku hendak berteriak namun kuurungkan niatku dan aku hanya memejamkan mata, aku tak ingin dianggap gila. Setelah cahaya itu meredup, kuputuskan untuk segera ke luar dari ruangan aneh ini. Di luar ternyata lebih aneh. Semua orang menatapku, tak terkecuali si pria es itu. Aku menoleh kearah penjaga itu. Dia menanyakan hal yang sama seperti sebelumnya. Aku bingung untuk menjawab apa. "Em, aku tak tahu." jawabku sekenanya, aku masih bingung dengan perkataan suara aneh itu. Dewi Nyx? Kekuatan Malam? "Apa yang dikatakannya?" "Pertama, dia menanyakan namaku." aku mencoba untuk mengingat-ingat. "Setelah itu?" entah kenapa aku merasa penjaga itu seperti penasaran setengah mati dengan kekuatanku. "Dia mengatakan Nyx, Dewi Malam dan Kegelapan." ucapku sambil memegang pelipisku sendiri, kepalaku tiba-tiba terasa sedikit pening. Penjaga itu terkejut, semua orang disana juga terkejut. Yang kulihat Ethan-lah orang yang paling terkejut. Aku mengernyit bingung. "Kekuatanmu adalah malam dan kegelapan. Darah yang menurun padamu adalah dewi Nyx." aku meneguk kasar ludahku setelah mendengar penjelasan penjaga ruangan tersebut. Sedikit informasi, Dewi Nyx adalah satu-satunya dewa yang ditakuti oleh dewa Zeus. Maka dari itu Ethan terkejut. Karena dia mewarisi darah dewa Zeus. Juga, Dewi Nyx adalah dewi yang menguasai malam. Jadi ketika malam tiba, tidak ada yang bisa mengalahkannya sekalipun Zeus. Aku berjalan kembali ke tempat duduk. Kini semua orang terus memperhatikanku. Aku merasa sangat aneh. Aster pun tak henti-hentinya melongo ke arahku. Aku menggembungkan pipiku sebal. Lagian ini hanya kekuatannya, buka benar-benar sang dewi, tidak mungkin aku sekuat itu kan. "Nyx, kau mendapat kekuatan malam?" tanya Aster tak percaya, aku hanya mengendikkan bahu lemah. Tiba-tiba sekelebat pertanyaan muncul. "Kau lihat cahaya apa yang keluar dari tubuhku?" tanyaku spontan, aku sungguh penasaran. Aster mengangguk semangat, dia melihatnya. "Iya, aku melihatnya. Aku melihatnya dengan sangat jelas. Cahayamu ...," dia menggantungkan kalimatnya. "Ayo katakan." desakku tak sabar, kenapa orang-orang gemar menggantungkan kalimatnya sih. "Cahayamu berwarna hitam, hitam pekat." * Kini aku dan Aster tengah duduk di kantin setelah acara tadi. Kelas pertama dimulai besok. Dan kelas pertamaku adalah pengendalian kekuatan. Aster berbeda kelas denganku, besok kelas pertamanya adalah ramuan. "Hei Nyx." panggil Aster, aku menengok ke arahnya dengan lesu. "Hum?" tanyaku malas. "Lihatlah, semua orang di kantin melirikmu." kuedarkan pandanganku dan menemukan semua orang kini tengah memperhatikanku, aku mendengus kesal. "Biarkan." ucapku. Toh hidupku tidak bergantung dari mereka juga. "Hei malam." aku menoleh dan melihat dia. Saat melihatnya aku langsung menyipitkan mataku kesal. Sialan.                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN