Memilih Jujur

2053 Kata
Mendengar pertanyaan tadi entah mengapa membuat Ferdy merasa kesal karena wanita itu seperti tidak memiliki simpati sedikitpun. "Nanda, istri aku baru aja melahirkan, kamu nggak mau tau gimana keadaannya atau kasih selamat gitu? Kenapa kamu malah langsung mengajukan pertanyaan yang seharusnya nggak perlu kamu pertanyakan saat ini?!" tanya Ferdy dengan rahang yang mengeras saat mengatakan semua itu. Sementara Nanda terkejut mendengar pertanyaan Ferdy yang bukannya menjawab apa yang ia tanyakan. Bahkan ia dapat mendengar nada suara Ferdy yang kesal saat ini. "Kamu marah aku tanya seperti itu? Lagian nggak penting aku tau gimana kondisi istri kamu, aku juga merasa nggak perlu kasih kamu selamat karena kamu nggak terlalu menginginkan anak itu, kan?" "Setidaknya kamu punya simpati sedikit aja sama Maura, bukannya malah menanyakan hal yang nggak penting kayak gitu!" jawab Ferdy yang merasa tak suka dengan semua perkataan Nanda. "Nggak penting katamu, Fer? Jelas-jelas itu penting untukku, aku harus tau kapan kamu menceraikan istrimu sesuai janji kamu ke aku waktu itu! Kenapa, Fer? Kamu keberatan aku tanya hal itu, atau kamu memang hanya mengatakan janji palsu sama aku kalau kamu akan menceraikan Maura setelah dia melahirkan anakmu?" tanya Nanda dengan suara yang terdengar penuh emosional dan ia marah karena merasa sudah dipermainkan oleh Ferdy. Sebenarnya Ferdy diam-diam menjalin hubungan terlarang dengan Nanda di belakang Maura sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya Ferdy hanya iseng karena ia merasa kesepian saat berada di luar rumah, ia juga tidak berniat untuk menduakan Maura sampai sejauh ini. Namun, entah setan apa yang merasuki Ferdy hingga akhirnya pria itu mengingkari janji pernikahan yang ia ucapkan satu tahun silam untuk selalu setia pada Maura, akan tetapi nyatanya pria itu malah menduakan cinta Maura dan berpaling pada Nanda yang memulai karirnya di dunia hiburan sejak lulus sekolah dan bermula menjadi figuran hingga akhirnya menjadi pemain harian continuity di sebuah judul sinetron. Hampir setiap hari Nanda di calling oleh Ferdy karena kebetulan wanita itu berperan sebagai sekretaris di perusahaan sang pemeran utama di sinetron, karena hampir setiap hari menghabiskan waktu bersama di lokasi shooting akhirnya tumbuhlah benih-benih cinta terlarang hingga Ferdy memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Nanda yang sama sekali tidak menolak walau wanita itu tahu Ferdy adalah milik wanita lain. Begitupun dengan Nanda yang teramat mencintai Ferdy hingga pikirannya tidak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Sementara keluarganya tidak ada yang mengetahui jika Nanda menjalin hubungan gelap dengan suami dari wanita lain. Namun, semalam akhirnya Maura mulai mengetahui hubungan Ferdy dan Nanda karena mendengar kabar dari salah satu temannya. Ferdy tak bisa berbuat apa-apa, bahkan istrinya tidak lagi mempercayai perkataannya dan tetap yakin bahwa Ferdy selingkuh dengan Nanda karena Maura mulai mengaitkan perubahan sikap suaminya selama beberapa bulan belakangan ini. Sebenarnya Ferdy tidak ingin Maura sampai mengetahui hubungannya dengan Nanda adalah karena pria itu tidak ingin jika Maura akan menceraikannya. Ferdy tidak berniat untuk melepaskan Maura, namun ia juga berat jika harus mengakhiri hubungannya dengan Nanda. Sementara janji yang pernah ia ucapkan pada wanita simpanannya, bahwa jika setelah Maura melahirkan nanti maka ia akan menceraikannya adalah bohong. Selama menjalin hubungan dengan Maura hingga akhirnya mereka mantap memutuskan untuk menikah, wanita itulah yang selalu ada bersama Ferdy dalam keadaan apa pun. Bahkan ia bisa menjadi agency hebat seperti sekarang karena Maura yang mengenalkan suaminya pada unit-unit film, bahkan mobil yang dibawa pulang pergi oleh pria itu adalah mobil milik Maura yang ia beli sebelum mereka menikah, sementara rumah yang mereka tempati sejak menikah adalah rumah pemberian orang tua Maura. Entah apa jadinya Ferdy jika ia bercerai dengan Maura. Tak ingin larut dalam kegelisahan dan rasa takutnya seorang diri, Ferdy pun memilih untuk memberitahu Nanda bahwa Maura sudah mulai mengetahui hubungan gelap mereka. Ia pun tidak ingin membuat Nanda marah dan semakin salah paham, jadi Ferdy merasa perlu mengutarakan semuanya pada wanita itu. "Sayang, kamu dengerin aku dulu ya. Bukan itu masalahnya, aku nggak mungkin ingkari janji aku ke kamu, tapi ini bukan waktu yang tepat. Kamu ngerti itu kan, istriku baru aja melahirkan masa kita langsung bahas kapan aku akan meninggalkannya?" "Bukan meninggalkan ya, Fer, tapi menceraikan. Tolong kamu garisbawahi kata-kata itu. Kamu janjinya sama aku kalau kamu akan menceraikannya, cerai itu artinya kamu pisah sama dia untuk selama-lamanya, kalau meninggalkan itu artinya kamu masih bisa balik sama dia lagi!" ucap Nanda penuh penekanan dan amarahnya kian meluap. "Iya aku paham, tapi tolong kamu kasih aku waktu ya. Ini bukan waktu yang tepat untuk aku membahas perceraianku dengan Maura," pinta Ferdy sekali lagi dengan suaranya yang terdengar mulai lemah dari sebelumnya. "Berapa lama aku harus menunggu dan kasih kamu waktu, satu bulan, sepuluh bulan, atau satu tahun? Fer, kayaknya kamu nggak serius deh sama perkataanmu yang bilang akan menceraikan istrimu setelah melahirkan. Jadi, selama ini kamu cuma kasih aku harapan palsu?" tanya Nanda yang mulai menangis saat tak mampu membayangkan jika pria yang sudah mendapatkan semua darinya hanya memberi janji palsu dan sekedar bermain-main dengannya selama ini. "Sayang, tolong kamu ngertiin posisi aku sekarang dong. Nanti kita bahas masalah ini setelah Maura keluar dari rumah sakit ya. Sekarang aku harus fokus jaga dia dan bayiku karena setelah operasi tadi Maura masih belum sadar, dan bayiku ada di ruang NICU. Aku benar-benar lagi pusing sekarang. Dan, kamu harus tau sesuatu kalau hubungan kita sudah ketahuan sama Maura, itulah alasan kenapa semalam Maura kesakitan dan terpaksa melahirkan prematur padahal ini belum waktunya bayiku lahir. Dari semalam tuh aku coba memikirkan alasan yang tepat untuk menjelaskan sama Maura supaya dia nggak mencurigai hubungan kita." "Bagus deh kalau dia tau tentang hubungan kita biar kalian cepat bercerai!" jawab Nanda yang seperti tidak peduli sama sekali. "Jangan gitu dong, Sayang. Masalahnya kalau dia menceraikan aku karena permasalahan ini, karir aku bisa hancur. Aku bisa kehilangan segalanya. Memangnya kamu mau kalau aku cerai sama dia tapi aku kehilangan pekerjaanku di film?" Ferdy coba menjelaskan pada kekasihnya agar wanita itu mengerti dan tak lagi mendesaknya dengan pertanyaan yang sama. Bagi Ferdy permasalahannya dengan Maura sudah cukup rumit, bahkan ia begitu cemas jika Maura sampai mengadukan pertengkaran mereka semalam pada mertuanya, karena ia takut jika kedua mertuanya akan meminta Maura untuk menceraikannya. Ferdy pun tidak ingin menambah masalah dan beban pikirannya dengan membuat kekasih gelapnya marah dan menuduhnya telah mempermainkannya. "Aku nggak peduli! Pokoknya terserah kamu deh, Fer. Nyesel aku telepon kamu kalau ujung-ujungnya kamu cuma buat aku kesel! Ingat ya Fer, jangan hubungi aku lagi sebelum kamu memutuskan kapan akan menceraikan Maura!" Dengan penuh amarah Nanda pun langsung mengakhiri panggilan mereka, bahkan setelah itu ia membanting ponselnya ke permukaan kasur dan kemudian berteriak kesal sambil meremas rambutnya. Sementara Ferdy hanya terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengambil keputusan. Di satu sisi ia merasa begitu jahat jika harus menceraikan Maura yang baru saja melahirkan anaknya dengan penuh perjuangan, tetapi di sisi lain ia juga tidak rela jika harus kehilangan Nanda. Ferdy pun membungkukkan tubuhnya lalu terduduk lemah di permukaan lantai seorang diri, karena di lorong rumah sakit tidak ada kursi dan tampak begitu sepi karena saat itu waktu masih menunjukkan pukul 05.00 pagi. Di sana Ferdy pun coba menundukkan kepala dan merenung untuk menentukan pilihan. "Aku nggak bisa meninggalkan Maura sekarang, aku harus kasih pengertian sama Nanda supaya dia nggak marah dan masih mau bersabar untuk menungguku!" batin Ferdy memutuskan karena ia benar-benar merasa berat untuk berpisah dengan Nanda. Hingga akhirnya pria itu kembali bangkit dari duduknya dan melangkah pergi menuju parkiran rumah sakit. Ya, akhirnya Ferdy memutuskan untuk menemui Nanda di apartemen yang ia sewa selama satu tahun untuk ditempati kekasih gelapnya. Ferdy merasa harus menjelaskan secara langsung pada wanita itu agar tidak larut dalam kebimbangan. Sebelum menuju apartemen Nanda, Ferdy menyempatkan waktu untuk mampir di sebuah toko bunga yang buka 24 jam dan tidak lupa membeli banyak coklat batangan di minimarket demi membujuk Nanda yang sedang kesal karena masalah tadi. Di saat Ferdy sibuk untuk mendapatkan maaf dan pengertian dari selingkuhannya, Maura akhirnya sadar dan mulai membuka mata. Orang pertama kali yang ia cari adalah Ferdy, namun tidak ada satupun yang mengetahui di mana keberadaan Ferdy saat ini yang pergi tanpa berpamitan pada siapapun. "Bunda, Mas Ferdy ke mana sih? Kenapa sampai sekarang dia belum datang menemuiku?" tanya Maura yang saat ini sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. "Bunda juga nggak tau, Ra. Bahkan Mamanya sendiri bingung Ferdy pergi ke mana, tadinya pamit angkat telepon dari temannya, tau-tau ngilang dan belum balik lagi sampai sekarang. Bunda sudah telepon juga nggak aktif tuh nomornya. Bunda bingung deh Ferdy itu ke mana, kok main pergi gitu aja padahal kamu masih belum sadar!" jawab Andin, ibu dari Maura yang saat ini tengah menemani putrinya di ruang rawat inap, sementara yang lain menunggu di luar. "Mas Ferdy tadi sudah sempat lihat bayinya belum, Bun?" tanya Maura lagi yang sebenarnya sedih saat dirinya sadar Ferdy malah menghilang, ditambah hatinya hancur ketika mendengar jika saat ini bayinya harus menjalani perawatan di ruang NICU sampai kondisinya benar-benar memungkinkan untuk dibawa ke ruangan Maura. Bahkan bayi Maura memerlukan s**u khusus karena lahir dengan berat badan yang kurang dari 2,3 kilogram. Namun, di detik-detik seperti ini Ferdy malah tidak ada di sampingnya untuk memberinya semangat atau sedikit kekuatan. "Sudah kok, tadi Ferdy juga sudah sempat azanin bayi kalian, tapi belum boleh gendong." "Alhamdulillah. Oh ya Bun, kira-kira dokter izinin aku buat ketemu sama bayiku nggak ya? Aku mau lihat bayiku Bun, penasaran seperti apa wajahnya, apakah mirip aku atau mirip Mas Ferdy. Bunda lihat nggak tadi bayiku mirip siapa?" tanya Maura yang berusaha menguatkan diri sendiri di hadapan sang ibu walau hatinya terasa sakit dan memilih untuk mengalihkan perhatiannya dengan membahas hal tersebut. "Bunda tadi sempat lihat cuma sebentar karena kata suster nggak boleh lama-lama. Kalau kata Bunda sih wajahnya mirip sama Ferdy. Terus tadi Bu Vania nunjukin foto Ferdy waktu baru lahir, beneran deh mereka mirip banget. Malah nggak ada mirip kamunya sama sekali." Mendengar hal itu Maura coba menarik kedua sudut bibirnya dan mulai mengulas senyuman. "Bunda, aku jadi nggak sabar deh pengen cepat-cepat peluk bayiku." "Sabar ya sayang, tunggu bayimu kuat baru bisa kamu peluk dan bawa pulang. Nanti kalau kondisimu sudah baikan, Bunda akan bilang sama dokter kalau kamu mau menemui bayimu di ruangannya. Sekarang kamu fokus pulih dulu biar kuat lagi ya!" Andin kemudian menggenggam erat tangan kanan putrinya yang tidak terpasang selang infus untuk menyemangatinya. Maura semakin tersenyum lebar, rasanya ia sangat beruntung karena memiliki orang tua yang hebat, yang selalu mencintainya dengan tulus hingga saat ini. Maura pun baru sadar jika tidak ada cinta yang tulus selain cinta orang tua kepada anak-anaknya setelah mengetahui Ferdy menduakannya dengan wanita lain. "Makasih ya Bunda sudah datang dan menguatkanku di sini, kalau nggak ada Bunda mungkin sekarang aku akan sendirian dan merasa sedih." Perkataan Maura membuat dahi Andin mengerut hingga kedua alisnya saling bertaut. "Loh, kok kamu mikirnya gitu? Kamu nggak akan sendirian dong, Ra, kan ada Ferdy yang akan selalu menemanimu, menjagamu, dan memberimu semangat." "Buktinya sekarang Mas Ferdy nggak ada di sini saat Maura sadar, Bun. Nggak ada yang tau kan di mana Mas Ferdy saat ini?" "Memangnya kamu tau Ferdy ada di mana sekarang? Mungkin bisa jadi tadi dia pergi salat subuh, terus ketiduran di masjid makanya lagi dicari tuh sama Maudy dan Mutia. Mungkin nomornya nggak bisa dihubungi karena hpnya lowbat, terus pas pergi lupa pamit sama Mamanya karena buru-buru ke masjid mau doain istri dan bayinya supaya semuanya baik-baik aja dan kalian bisa kumpul di rumah sama-sama. Tadi pas Bunda datang Ferdy lagi nangis tau, dia khawatir banget sama kamu dan bayi kalian, Bunda dan yang lain sudah coba buat tenangin tapi dia malah nangis terus nggak mau berhenti. Sepertinya Ferdy ketakutan banget kalau kamu sampai kenapa-kenapa. Ferdy tuh sama banget deh kayak ayah kamu waktu Bunda lahiran kakakmu." Mendengar perkataan sang ibu membuat Maura terharu hingga tanpa sadar bulir-bulir bening menetes dari kedua sudut matanya saat ini. "Mas, bunda dan ayahku bisa sepercaya itu sama kamu, bahkan mereka masih bisa berpikiran baik sampai detik ini karena mereka belum tau perselingkuhan kamu dengan perempuan itu. Kemarin aku pun selalu percaya seperti ini sama kamu, tapi sekarang rasanya sulit untuk aku percaya lagi. Bahkan aku nggak bisa bayangin gimana perasaan ayah dan bunda kalau tau kamu nyakitin aku, Mas!" batin Maura yang merasa tak kuasa menahan rasa sakitnya seorang diri karena itu hanya akan menggerogoti hatinya. Hingga akhirnya ia memilih untuk menceritakan semuanya pada sang ibu agar Andin tahu permasalahan mereka saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN