Setelah menyelesaikan urusannya dengan Nanda di apartemen, kini Ferdy memutuskan kembali ke rumah sakit dengan hati yang sedikit lebih tenang, tidak gelisah seperti sebelumnya. Langkah pertama yang ia tuju adalah mencari tahu keberadaan Maura yang dikabarkan sudah sadar dan telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Setelah bertanya pada resepsionis rumah sakit, Ferdy pun langsung menuju lantai 5 tempat istrinya menjalani perawatan pasca operasi.
Begitu tiba di lantai 5 Ferdy bertemu dengan adik dan kakak iparnya yang tengah duduk di kursi tunggu, tepat di luar kamar rawat Maura.
"Kak Mody, Tia. Kalian masih di sini?" sapa Ferdy dengan ramah tanpa mengetahui isi pikiran kedua wanita tersebut yang kini begitu membencinya setelah mendengar kabar perselingkuhannya dengan Nanda.
"Dari mana aja kamu, Mas? Kok bisa sih kamu pergi ninggalin Kak Maura di rumah sakit saat dia belum sadar setelah menjalani operasi? Kamu punya pikiran nggak sih, Mas?" tanya Mutia dengan lantang tanpa ingin berbasa-basi menjawab sapaan dari kakak iparnya itu.
Mutia terlihat begitu emosional saat bertemu dengan pria yang dicari-cari sejak pagi tadi dan kini baru kembali. Bahkan Ferdy datang tanpa terlihat menyesal apalagi merasa bersalah sedikitpun karena telah meninggalkan istrinya.
"Maaf, Tia, tadi aku pergi ke lokasi shooting sebentar untuk mengurus semuanya sampai korlap aku datang dan menghandle semua callingan di lokasi shooting selama aku jagain Maura di rumah sakit, karena aku sudah izin sama Mas Anto unit untuk nggak bisa datang selama satu Minggu kedepan, soalnya aku mau fokus sama anak dan istriku dulu," jawab Ferdy menjelaskan agar semuanya mengerti akan kepergiannya yang begitu mendadak tanpa memberitahu siapapun.
"Alah, basi alasanmu Mas! Kamu pasti bohong kan dan pakai alasan pergi ke lokasi shooting padahal kamu nggak datang ke sana tapi ke tempat lain! Bisa ya kamu, Mas, memperlakukan kakak aku kayak gini!" ucap Mutia seraya mencondongkan tubuhnya di hadapan sang kakak ipar dengan kedua mata yang membulat sempurna saat menatapnya penuh sorot kebencian.
"Tia, maksud kamu apaan sih? Aku nggak ngerti deh kenapa kamu ngomong kayak gini sama aku. Memangnya salah kalau aku ngurus pekerjaanku dulu sebentar yang harus aku tinggal lama karena mau fokus jagain Maura dan anakku?" tanya Ferdy yang merasa tidak suka dengan perkataan Mutia, ia pun bingung mengapa adik ipar yang biasanya baik padanya kini berubah dan seolah membencinya.
"Nggak usah kamu pakai alasan mau jagain kakakku dan Raka ya! Semua yang kamu bilang itu bohong, sekarang aku tau kamu itu pembohong, Mas! Kalau kamu memang benar pergi ke lokasi shooting niatnya mau urusin kerjaan, harusnya kamu bisa dong bilang sama kita, atau setidaknya pamitan, bukan malah pergi diam-diam kayak mau nemuin selingkuhan! Gara-gara kamu aku dan Kak Mody disuruh bunda cari kamu keliling rumah sakit ini karena dikira kamu ketiduran di masjid selesai salat subuh, belum lagi Kak Maura kayak orang kehilangan suami yang terus nanyain di mana kamu! Seharusnya kalau kamu memang niat mau jagain Kak Maura kamu temani dia dong, jangan pergi ke mana-mana, urus semuanya bisa lewat telepon, kan?!"
Mendengar perkataan yang Mutia ucapkan akhirnya Ferdy tersentak sadar jika Maura telah menceritakan permasalahan mereka semalam pada keluarganya. Seketika ia merasa bingung dan takut untuk menghadapi semuanya, terlebih kini Mutia terlihat berapi-api saat berhadapan dengannya.
Setelah terdiam cukup lama dan hanya menonton Mutia meluapkan amarahnya di hadapan Ferdy, kini Maudy pun bangkit dari duduknya dan mendorong tubuh sang adik agar kembali duduk di tempat semula. Sekarang ia merasa gilirannya berbicara dengan Ferdy, ia akan menghadapi pria itu dengan elegan, tidak seperti yang adiknya lakukan barusan.
"Fer, sekarang kamu nggak bisa ngelak lagi karena kita semua sudah tau kamu punya wanita simpanan di luar sana. Aku cuma mau kasih tau satu hal sama kamu, kalau sekarang kamu bisa membodohi Maura dan merasa pintar karena bisa menutupi perselingkuhanmu dengan wanita lain selama berbulan-bulan, aku pastikan hidup kamu akan hancur setelah dia merasa muak untuk bersabar demi mempertahankan pernikahannya denganmu! Maura itu terlalu baik untuk laki-laki seperti kamu Fer, tapi sepertinya kamu tidak pandai bersyukur walau sudah memilikinya. Dengar ya Fer, Tuhan itu maha adil, kalau sekarang kamu merasa bahagia bersama selingkuhanmu dan membuat Maura terluka, suatu hari nanti hidup kalian akan jauh lebih menyakitkan dari apa yang Maura rasakan saat ini dan kalian akan hidup menderita!" ucap Maudy dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya hingga rahang wajahnya mengeras, dan urat-urat hijau di lehernya tampak menegang.
Ferdy bergeming dan tidak tahu harus mengatakan apa atas semua ucapan Maudy dan Mutia yang membuatnya kini ketakutan. Sungguh ia tak menyangka jika Maura akan menceritakan tentang masalah ini pada keluarganya.
"Kalau Maura sudah menceritakan kejadian semalam, pasti sekarang ayah dan bunda marah banget sama aku. Apa yang harus aku lakukan sekarang supaya mereka percaya sama aku kalau aku nggak selingkuh? Ya Tuhan, kenapa masalahnya jadi melebar seperti ini? Bagaimana kalau nanti ayah dan bunda meminta Maura untuk menceraikanku?" batin Ferdy dan kemudian memejamkan sekilas kedua pelupuk matanya untuk berusaha tenang.
Setelah itu barulah Ferdy berani menatap Maudy yang melihatnya dengan tajam saat ini.
"Kak, tolong percaya sama aku ya. Aku nggak pernah selingkuh apalagi menduakan Maura. Aku sayang banget sama dia kak, apalagi sekarang ada Raka. Nggak mungkin lah aku main-main sama wanita lain di luar sana dan menyakiti hati istriku. Aku akan berusaha untuk membuktikan sama kalian kalau aku nggak selingkuh!" ucap Ferdy yang berusaha membela diri.
"Buktikan kalau perkataanmu memang benar, tapi yang pasti aku lebih percaya sama adikku ketimbang kamu!" jawab Maudy menantang Ferdy karena ia pun akan berusaha untuk mencari tahu kebenarannya.
Tanpa berani untuk menjawab perkataan wanita itu lagi, Ferdy pun beranjak pergi dari hadapan Maudy dan Mutia untuk masuk ke ruang rawat inap istrinya. Walau perasaannya gugup luar biasa, namun Ferdy berusaha sebaik mungkin untuk menutupi perasaannya saat ini demi menyimpan erat-erat kebohongan yang ia sembunyikan.
"Aku harus bertahan sama Maura sampai aku menemukan alasan untuk menceraikannya. Kalau kita bercerai sekarang karena alasan aku selingkuh, nanti yang ada nama baikku dan juga Nanda akan hancur. Tidak! Aku harus membujuk Maura supaya dia percaya sama aku kalau aku memang nggak selingkuh, aku juga harus kasih tau Nanda supaya dia mengerti kalau sekarang aku nggak bisa sering-sering menemuinya!" batin Ferdy sebelum menarik handle pintu dan melangkah masuk menemui istrinya.