05 : Triplets Cemburu

1349 Kata
Sebenarnya Aksa tidak langsung masuk ke kelas sewaktu Nabila menyuruhnya tadi, dia hanya kembali ke tempatnya semula─balik pilar─untuk menyaksikan seberapa pintar Raka membohongi Nabila, dan sekarang Aksa mengakui tingkat keplayboyan seorang Raden Raka Bagaskara, untuk akting tidak berguna semacam itu pun dia berhasil melakukannya. Bola mata Aksa meredup ketika melihat Nabila dengan wajah khawatirnya sedang membantu Raka berjalan menuju UKS, walaupun ibu jari laki-laki itu memang berdarah, tapi pasti dia bisa menahannya kan? Aish, Aksa jadi kesel sendiri lihatnya. Ketika Nabila dan Raka sudah menghilang di balik kelas X IPS 4, Aksa lantas berbalik ingin kembali ke kelasnya. Namun, alih-alih kembali, dia justru melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi dimatanya. Tanpa pikir panjang Aksa segera menghampirinya lalu menepuk bahunya pelan. "Lo ngapain?" Pertanyaan Aksa dibalas tatapan datar oleh Barga, laki-laki itu sedang berdiri disalah satu pilar yang tidak jauh dari Aksa berada. Dia juga menyaksikan semuanya, bahkan dari sebelum kelas XI IPA 1 melakukan pelajaran olahraga, Barga sudah berada disana. "Lo ngapain disini?" Aksa kembali mengulang pertanyaannya, dia takut Abangnya ini tiba-tiba menjadi tuli sehingga tidak dapat mendengar suaranya. "Berdiri." "Gue juga tau anjir kalo lo lagi berdiri!" Aksa menggeram kesal, raut wajahnya menunjukkan kefrustasian. "Maksud gue, lo ngapain berdiri disini, sambil napas, terus matanya ngelihatin ke arah Nabil?" Jelas Aksa. "Nabil? Gue lihat lapangan." jawab Barga. Eskpresi Aksa berubah curiga, "lo lagi lihatin Lalisa, ya?" dia bahkan menunjuk-nunjuk Barga menggunakan telunjuknya, menginterogasi. "Gue lihatin Pak Aziz." Setelah mengatakan itu Barga segera berbalik untuk pergi, namun baru beberapa langkah dia kembali memutar tubuhnya dan menatap Aksa dari tempatnya. "Masuk, jangan bolos, Bila nggak suka cowok yang sering bolos." Barga benar-benar pergi setelah mengatakan kalimat yang cukup panjang itu. Sedangkan Aksa hanya diam menatap kepergian Barga, dikepalanya terus terputar satu pertanyaan aneh setelah mendengar pertanyaan Barga barusan. Apa Barga juga mempunyai panggilan khusus untuk Nabila? ** Bel istirahat baru saja berbunyi, Nabila segera bergegas menuju kantin untuk membelikan Raka makanan. Tadi pagi, Raka tidak mau kembali ke kelas dengan alasan jempol gue masih sakit Nana! Nanti kalo gue nggak konsen belajar karna jempol gue sakit, gimana? Padahal Nabila sudah merayu mati-matian agar Raka tidak absen pelajaran, anggota tubuhnya yang lain juga sehat-sehat aja selain jempol kaki, tapi yang namanya Raka tetap nggak bisa dibantah. Sekarang, sesuai janjinya pada Raka, Nabila akan membelikan makan siang untuk Raka karena tadi dia merengek meminta Nabila yang membelikannya, sebagai teman satu kelas yang baik Nabila tentu akan melakukannya. "Ibu, nasi gorengnya satu ya, jangan pedes-pedes banget. Sama aqua botolnya juga satu." "Tunggu ya neng," jawab Ibu kantin ramah. Nabila hanya mengangguk singkat, beralih memainkan ponselnya selagi menunggu pesanannya jadi. Ketika sebuah tepukan halus menyapa pundaknya Nabila langsung menoleh. Dia mengerjap sebentar, memastikan bahwa dirinya tidak salah mengenali orang, beberapa detik kemudian bibir Nabila menyunggingkan senyum hangat. "Eh, Guanlin." Nabila mengenalnya, dia sepupu Lalisa. Laki-laki tinggi itu balas tersenyum, "kak ada waktu?" "Ada sih─" "Neng, ini pesanannya." Ibu kantin menyerahkan satu piring nasi goreng yang bagian atasnya sudah ditutupi oleh koran serta satu botol aqua berukuran sedang, Nabila langsung mengambilnya dengan sigap. "Makasih ya, Bu." Nabila kembali menoleh pada Guanlin, kembali melanjutkan kalimatnya yang sempat terputus. "─tapi setelah nganterin ini." Nabila sedikit mengangkat piring serta botol minum itu. "Aku bantu sini." Guanlin mengambil alih piring nasi goreng dari tangan Nabila, membiarkan gadis itu hanya membawa botol minum saja. "Kita anterin ini ke UKS dulu, ya." Guanlin mengangguk menyetujui. Guanlin ini satu tingkat berada dibawahnya, atau bisa dibilang dia adik kelas. Nabila juga kenalnya karena Lalisa sering pulang bareng sama dia, dan Lalisa bilang kalo Guanlin itu sepupunya. Guanlin cukup dikenal disekolah seperti halnya Raka─tapi tentu saja Raka lebih populer─dengan tubuh tegap yang tinggi, serta wajahnya yang terdapat sedikit sentuhan asing, paras tampan, serta kemampuan otak yang bisa dibilang pintar. Jika adik kelas lebih banyak tertarik pada Raka, maka Kakak Kelas ada banyak yang tertarik oleh Guanlin. Dan rata-rata, cewek yang deketin Guanlin itu korban PHP-nya seorang Raka. "Kak?" panggil Guanlin. Nabila harus sedikit mendongak untuk melihat wajah Guanlin. "Iya, kenapa?" "Siapa yang sakit?" "Raka," jawab Nabila seadanya. "Oh." Mendengar Nabila menyebutkan nama Raka, entah kenapa perasaan Guanlin menjadi tidak enak. Akhirnya mereka sampai didepan UKS, Nabila mengernyit heran melihat banyaknya pasang sepatu didepan pintu, serta suara-suara yang ditimbulkan didalam sana. Apa ada banyak orang yang sakit? Atau─ "Nabil! Jangan masuk!" Aksa tiba-tiba keluar dari UKS dan menghampiri Nabila dengan gerakan tergesa-gesa. Setelah Aksa, Zinde menyusul dibelakangnya dengan wajah memerah. "LO!" Gadis itu menunjuk Nabila. "Udah gue bilang, jangan deket-deket Raka lagi! Lo itu cuma bawa s**l buat Raka!" "Wey, Jiji! Gue yang nginjek Raka, bukan Nabil! Kan gue udah jelasin sama lo!" Aksa balas membentak Zinde, dia tidak suka ada yang membentak Nabila seperti itu. Nabila tetap Nabila, dia memang ramah kepada orang lain, murah senyum, dan sosok yang membuat seseorang mudah nyaman jika berbicara dengannya. Tapi, berbeda ketika dihadapkan dengan sosok Zinde, Nabila akan menjadi lebih pendiam dari pada yang biasanya. "Dia yang salah!" Zinde masih ngotot, benar-benar Zinde sekali, yang selalu menyalahkan situasi apapun kepada Nabila, seakan-akan bahwa Nabila lah pembawa s**l dari segala hidupnya. Ketika Aksa ingin menyela, Nabila justru menahan lengannya sehingga laki-laki itu diam. "Iya, gue yang salah. Masa lo lupa? Kan emang gue yang nginjek Raka." Nabila menatap Aksa, tatapannya sarat akan permohonan agar laki-laki itu mengiyakan saja perkataannya. Zinde tidak akan berhenti berulah jika Nabila tidak mengikuti ucapannya. Dan jika Nabila melawan, sudah dipastikan beasiswanya pasti akan dicabut. Zinde maju mendekati Nabila, mencengkeram kuat bahu Nabila dengan tatapan nyalang. "Ngaku juga kan lo!" Firasat Guanlin memang tak pernah salah, perasaannya yang tidak enak sudah terbukti sekarang. Biasanya dia hanya melihat adegan bully ini dari kejauhan tanpa berniat membantu sedikitpun, karena Guanlin tau pasti akan ada seseorang yang membantu Nabila. Tapi sekarang, setelah melihat lebih dekat, Guanlin merasa ingin bertindak. Guanlin menarik kasar lengan Zinde sehingga cengkeraman gadis itu pada bahu Nabila terlepas, merasa kesal dengan tindakan Guanlin barusan, Zinde tentu saja murka. "Apa lagi lo ini bocah! Nggak usah ikut campur!" Zinde membentak marah. "Lo itu perempuan, tapi kelakuan lo kayak preman," ucap Guanlin pelan. "Gu-guanlin, udah." Nabila menarik ujung seragam Guanlin, agar laki-laki itu berhenti. Karena apapun bentuk pembelaan yang didapatkan oleh Nabila, itu justru membuat semuanya semakin kacau. Zinde kembali beralih pada Nabila, "MULAI SEKARANG JAUHIN RAKA!" Dia menoleh pada ketiga temannya, lalu tersenyum miring. "Siram." Detik itu juga, Nabila langsung basah kuyup, ketiga teman Zinde yang ternyata sudah berdiri dibelakang Nabila membawa air dalam satu ember penuh, dan kini air itu berpindah tempat membasahi seluruh tubuh Nabila. Bahkan Guanlin dan Aksa yang berdiri disamping Nabila juga ikut setengah basah. Nabila memeluk tubuhnya sendiri, dia sudah berganti pakaian dengan seragam putihnya tadi, sehingga seragamnya yang basah mencetak sedikit bagian tubuhnya, Nabila merasa risih. "ZINDE!" Teriakan itu berasal dari Raka dan Barga. Raka muncul dari dalam UKS. Tadi, ketika Zinde datang menemuinya diUKS, Raka langsung menyumpalkan telinganya dengan headset yang sudah dia minta bawakan oleh Aksa, lalu dia tertidur agar tidak mendengar omelan Zinde, tapi ketika matanya menangkap gerombolan orang yang makin ramai didepan UKS Raka jadi curiga bahwa Zinde berbuat ulah lagi. Sedangkan Barga baru saja memunculkan dirinya setelah bersembunyi cukup lama diantara gerombolan siswi, seperti biasa, dia hanya menyaksikan menunggu sampai sejauh mana teman sekelasnya itu bisa berbuat ulah. Ketika Raka dan Barga mendekat kearah Nabila, gadis itu sudah lebih dulu ditarik oleh Guanlin. Laki-laki itu menyampirkan selimut─yang sempat dia ambil dari dalam UKS─pada bahu Nabila, membantu gadis itu menutup seluruh tubuhnya karena seragamnya basah. "Yaampun, Nabila!" Lalisa berlari terburu-buru mendekati Nabila, dia mendapatkan kabar dari teman sekelasnya bahwa Nabila kembali di bully lagi, maka niatnya yang tadi ingin tidur dikelas segera menghilang, Lalisa langsung berlari menuju UKS dengan semua tenaga yang dia bisa. Guanlin dan Lalisa membawa Nabila menjauh dari kerumunan orang-orang tanpa mengatakan apapun. Sebelum sempat menghilang, Lalisa memutar tubuhnya dan berteriak keras kearah Zinde. "DASAR NENEK SIHIR!!" Mereka bertiga menghilang dibelokan koridor, menyisakan tatapan kesal dari Zinde yang kini tengah menghentakkan kakinya kesal lalu pergi dari depan UKS, serta ketiga saudara kembar yang ingin menarik kembali Nabila dari tangan Guanlin namun sadar bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Barga tetap berjalan santai meninggalkan UKS, walaupun sebenarnya dia sempat menendang ember yang dibawa oleh ketiga teman Zinde. Raka segera masuk kembali ke dalam UKS, lalu menutup pintu tersebut dengan bantingan yang cukup kuat. "BUBAR!" Dan Aksa yang segera pergi seusai meneriakan kerumunan orang yang tidak kunjung pergi. Mereka bertiga hanya bisa melampiaskan kemarahan mereka setelah merasakan perasaan aneh yang sering mereka sebut sebagai cemburu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN