6 : khawatir

866 Kata
Mendengar Arka opname gara gara dirinya, Kirana jadi sangat merasa bersalah mana kuat Arka makan nasi pecel pedas level lanjut, pastinya bakal diare. paling dia makanya spaghetti, steik, pizza mana kenal nasi pecel, bodoh banget Aku batin Kirana. Fikirannya mulai menyalahkan dirinya, apa dia harus menjenguknya ataukah tidak, secara dia yang buat Arka opname bisa dimarahin habis habisan dia oleh orang tua dan pacarnya fikir Kirana lagi kirana putuskan menjenguk Arka di rumah sakit, dengan mengantongi informasi dari resepsionis kantor bahwa Arka di rumah sakit pelita ruang VVIP. Kirana pulang ke kostnya lebih dulu untuk mandi dan ganti pakaian, ia lihat Alya belum pulang akhirnya Kirana mengirim pesan wa kalau dia akan menjenguk Arka di rumah sakit. Kirana naik taksi untuk menuju ke rumah sakit itu. Arka POV Perutku sudah lebih dari pada kemarin, cairan infus juga sudah membuatku segar tidak lemas lagi. Apa Kirana tahu aku opname?, Apa ia peduli jika aku sakit? Aaahhh fikiran apa ini, kenapa aku mengharapkan dia datang menjengukku. Saat ini aku sendiri di kamar rawat inap karena papa sedang ada urusan ke luar kota dan mama pulang sebentar dan akan kembali. HP ku berdering nyaring ku lihat ada nama Meisya calling, Meisya adalah teman kuliahku yang paling akrab, aku anggap dia sebagai adikku karena dekatnya hubungan kami. Aku tahu dia memiliki perasaan padaku namun aku tidak, aku juga tak ingin memberinya harapan. "Halo....kenapa Mei?" "Halo Ka, kamu gimana sih, opname gak bilang aku, emang kamu habis makan apa coba sampai diare gitu, untung aku telepon tante Lia, kalo enggak aku gak akan tau kamu opname" "Bawel banget jadi cewek, aku udah enggak apa apa Mei, don't worry"  jawabku santai "Ya udah aku on the way kesitu ya, see you" Eh gak us....." Tut...Tut...Tut... Udah ditutup sambungan teleponnya oleh Meisya, bisa tambah pusing aku kalau Meisya Datang, mama juga kenapa harus bilang Meisya. ~~~ ~~~ Kirana berjalan di lorong rumah sakit, ia mencari kamar rawat Arka, sesampai di ruang VVIP dia merasa ragu untuk mengetuk pintu... Thok...Thok...Thok... Tidak ada jawaban dari dalam Kirana mengetuk sekali lagi masih belum ada jawaban, akhirnya dia memberanikan diri membuka pintu Ceklek.... Kirana membuka pintu lalu dia masuk, dia menebarkan pandangannya keseluruh ruangan VVIP tersebut, hanya ada Arka yang terbaring di ranjang pasien, ruang VVIP ini terdiri berbagai fasilitas mulai dari kulkas khusus, sofa dan ranjang untuk tidur penunggu pasien. Kirana mendekat ke ranjang dimana Arka terbaring. "Pak Arka. ..." "Pak Arka, maafin saya udah bikin bapak jadi seperti ini, semua kesalahan saya" "Pak...." "Pasti beliau sedang istirahat karena pengaruh obat lebih baik aku pulang aja" batin Kirana, kaki Kirana beranjak akan pergi tapi Tangannya seperti ditahan seseorang "Kamu mau kemana Kirana?" tanya Arka Kirana terlonjak kaget akan perlakuan Arka yang memegang tangannya "Ba .. bapak.. udah bangun, ma...af mengganggu istirahat bapak" "Enggak, nggak ganggu, aku sudah lebih baik, Duduk" perintah Arka pada Kirana Kirana segera duduk di kursi di samping ranjang pasien Arka POV Beberapa menit setelah aku memejamkan mataku, kudengar pintu ruangan inapku ada yang mengetuk sampai beberapa kali kubiarkan saja, sampai dia berinisiatif masuk sepertinya dan yang tak pernah kuduga ternyata dia Kirana yang datang, antara tak percaya dan senang aku tetap memejamkan Mataku Kudengar dia memanggil namaku, ingin rasanya mulutku menyahut tapi aku ingin tahu apa yang ingin dikatakannya jadi aku tetap diam, ternyata dia minta maaf atas kejadian yang menimpaku, dia akan beranjak pergi tapi aku menahan tangannya dan menyuruhnya duduk di samping brankar dimana aku berbaring "Kamu tahu dari mana saya di rawat disini" tanyaku "Itu...... saya tanya resepsionis kantor pak" jawabnya singkat membuatku ber oh ria Wajahnya terlihat sendu, aku tahu pasti dia sangat merasa bersalah. Tiba tiba dari pintu masuklah si bawel Meisya. Ini cewek tidak tahu orang lagi berbunga bunga di tungguin Kirana udah Datang aja dia, Dia segera mendekatiku dan langsung cipika cipiki, kulihat expresi terkejut di wajah Kirana "Kamu ini ya sakit seperti ini masih aja tinggal di apartemen, pulang aja ke rumah biar ada yang urusin kamu Ka dan Tante Lia juga gak khawatir" cerocos Meisya "I'm fine Mei don't worry okey" jawabku "Saya permisi pak" ucap Kirana sambil berlalu keluar ruangan "Eh Ki Jangan pergi" pintaku padanya tapi dia sudah pergi meninggalkanku "Eh siapa tuh Ka?" "Temen aku" sewotku pada Meisya "Temen kamu? Kok aku gak pernah lihat Sech?" tanya Meisya "Temen baru Mei, kamu juga gak harus tau semua temenku kan" Aku kecewa karena Kirana pergi dari ruang rawatku, padahal aku merasa senang dia ada disini, tapi aku juga tak mungkin menahannya untuk tinggal karena ada Meisya disini, ia pasti akan menginterogasi Kirana. Biarlah dia pergi yang penting aku tahu dia menghawatirkan aku, itu membuatku bahagia. ~~~ ~~~ Kirana berjalan keluar dari rumah sakit dengan gontai, dia merasa tenang karena ada pacar Arka yang merawatnya. Dia sampai di depan pintu lobby saat matanya melihat seorang wanita paruh baya turun dari mobil dan berjalan masuk lobby tetapi kakinya terpeleset sehingga tubuhnya akan jatuh untung Kirana refleks menangkap tubuh ibu itu "Hati hati ibu" "Makasih nak, untung ada kamu jadi ibu nggak jatuh, entah gimana nasib ibu kalau tubuh ibu tidak kamu tangkap" "Sama sama Bu, saya permisi Bu kalau begitu, ibu hati hati" "Iya nak makasih" Gadis yang baik gumam ibu itu. Lynagabrielangga
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN