Alessandro meringis, tubuhnya menegang. “Ahhh… sial… lukanya… kembali nyeri…” Caroline panik, buru-buru turun dari paha Alessandro. “Tuan! Astaga… kau berdarah lagi… aku harus panggil dokter.” Alessandro mencoba menahannya. “Tidak usah… aku bisa tahan.” Caroline menatapnya dengan mata berkaca. “Tidak, Alessandro. Aku tidak mau ambil risiko. Tunggu sebentar, aku buka pintunya.” Ia bangkit, langkahnya tergesa sambil menurunkan rok yang masih berantakan. Pintu kamar yang terkunci segera ia buka. “Dokter! Tolong cepat!” serunya dengan suara masih terengah, keringat membasahi lehernya. Dokter Morgan berlari masuk bersama perawat. “Ya Tuhan… Tuan Alessandro, apa yang terjadi?” Caroline menunduk, wajahnya memerah. “Maaf, Dok… kami… tadi… terlalu terbawa suasana.” Alessandro mendeng

