Konvoi mobil berhenti di gudang tua milik keluarga Mariano di pinggiran Napoli. Lampu-lampu sorot menerangi area pertemuan rahasia. Begitu Alessandro keluar, semua anak buah Mariano langsung menunduk, menyebut namanya dengan penuh hormat dan takut. "Tuan Alessandro Romano telah tiba." Pintu besi terbuka, dan Don Mariano sudah duduk sambil menyalakan cerutu, asap mengepul di udara. "Akhirnya kau datang juga, Alessandro Romano," ucap Mariano sambil menyeringai. Alessandro duduk pelan, menyilangkan kaki, gestur santai tapi penuh ancaman. "Aku tidak suka buang waktu. Langsung saja ke inti. Kalau kau ingin jalur perdagangan manusia itu jalan… bagiannya 70:30. Tujuh puluh untuk ku tiga puluh untukmu." Mariano mengerutkan dahi. "Alessandro… 45:55. Kami yang mencari ‘barang’, kami yang menang

